JOGJA – Berawal dari Ketertarikan, Maria Tricia nyemplung di jurusan bahasa. Faktor itu pula yang mengantarkan siswi SMA Stella Duce 1 Jogja ini meraih nilai Ujian Nasional tertinggi di DIJ.
DWI AGUS, Jogja
BELAJAR tidak sekadar menghafal. Lebih dari itu, mendalami sekaligus memahami setiap materi pelajaran. Itulah prinsip yang mengantarkan Maria Tricia meraih nilai tertinggi saat Ujian Nasional (unas) jurusan bahasa. Nilai unas siswi SMA Stella Duce 1 Jogja ini mendekati sempurna. Sebut saja matematika dengan nilai 95, bahasa Jepang 98, bahasa Indonesia 92, dan bahasa Inggris 84.
”Kuncinya, belajar dari jauh hari dengan metode selingan. Lalu, belajarnya itu mendalami materi-materi yang didapatkan. Bukan menghafalkan,” jelasnya saat ditemui di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, Selasa (14/5).
Menghafal, bagi gadis kelahiran 21 Mei 2002 ini, tidak efektif. Materi yang masuk dalam memori tak terserap sepenuhnya. Itu berbeda dengan mendalami sekaligus memahami materi pelajaran.
Lalu, bagaimana caranya? Maria punya kiat belajar yang menyenangkan. Pertama, mengulang setiap materi pelajaran sekolah. Kedua, mendalami satu per satu hingga tuntas. Yang tak kalah penting lagi adalah belajar secara terstruktur. Pun dengan durasinya. Kiat yang terakhir ini membantu Maria lupa terhadap berbagai materi yang telah dipelajarinya.
”Belajar 30 menit diselingi waktu istirahat. Jadi, tidak langsung dikebut. Santai saja,” ujarnya.
Siswi yang memiliki hobi menari dan bernyanyi ini telah merasakan efek metode belajar nyantai itu. Maria bercerita, sebelum menemukan metode ini, selalu serius ketika belajar. Saat masih duduk di bangku kelas X dan XI Maria selalu ngoyo. Dampaknya, berbagai materi yang telah dipelajari sebelumnya justru terlupa begitu masuk ke ruang kelas.
”Setelah menginjak kelas XII beralih metode belajar. Jadinya, tanpa beban dan lebih mudah menyerap materi pelajaran,” tutur alumnus SD Santa Theresia I Pangkalpinang ini.
Di antara empat materi ujian unas, nilai bahasa Jepang yang paling tinggi. Anak pasangan Ferdyanto-Yunita Sufie ini tak menampik memiliki ketertarikan dengan seluk-beluk Jepang sejak lama. Mulai budaya hingga bahasanya. Jadi, Maria merasa enjoy saat menggarap materi ujian bahasa Negeri Matahari terbit itu.
”Tapi, sempat dilema ketika menggarap satu soal. Eh, ternyata benar jawaban saya salah,” kelakarnya.
Kondisi itu agak berbeda ketika Maria menggarap soal bahasa Indonesia. Karakter soal bahasa Indonesia yang diujikan cenderung mirip untuk siswa jurusan IPA.
”Kalau di jurusan bahasa (materinya) seperti sastra dan materi detailnya. Beda dengan soal yang didapet kemarin, justru lebih susah,” curhat alumnus SMP Santa Theresia Pangkalpinang perihal penyebab nilai bahasa Indonesia di bawah 90.
Sebagai perantau, Maria merasa nyaman tinggal di Jogjakarta. Dia pun bercita-cita ingin meneruskan jenjang pendidikannya di Kota Gudeg. Maria ingin mengambil Program Studi (prodi) Bahasa Korea atau Sastra Jepang di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Meski, Maria saat ini telah diterima di Prodi Sastra Inggris Universitas Sanata Dharma.
”Cita-cita pengin jadi translater. Jadi, mungkin ini juga yang memengaruhi pilihan jurusan perkuliahan. Dan, bahasa merupakan sarana komunikasi,” ucap remaja putri yang memiliki kecintaan terhadap bahasa ini. (zam/rg)