JOGJA – Tradisi untuk menyantap makanan besar dan beraneka ragam tidak bisa dipisahkan dari kebiasaan masyarakat saat Lebaran tiba. Konsumsi makanan yang mengandung lemak, kolestrol tinggi, kandungan gula berlebih dan minuman bersoda yang tidak terkendali akan mengakibatkan gangguan kesehatan.

Kepala Instalasi Gizi RSUP Dr Sardjito Retno Pangastuti menjelaskan, tradisi makan saat Lebaran harus diimbangi dengan sayuran dan buah-buahan. Hal ini dilakukan untuk menyeimbangkan asupan vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh.

Jika tidak diimbangi, dikhawatirkan makanan yang dikonsumsi hanya mengandung karbohidrat sederhana yang langsung diubah menjadi gula dalam tubuh. “Yang tadinya normal bisa jadi tinggi dan yang memiliki kadar gula tinggi semakin tak terkendali,” jelas Retno kepada Radar Jogja (23/5).

Di samping itu, kue Lebaran yang disediakan harus dikontrol seuai kebutuhan dan tetap memperhatikan kandungan makanan. Mengingat kue yang ada padat akan gizi, sehingga masyarakat harus meminimalisasi untuk konsumsi. Oleh karena itu, mengimbangi dengan air putih dan makanan kaya akan vitamin dan mineral sangat dipeerlukan ketika Lebaran.

Retno mengingatkan kepada masyarakat untuk mengubah pola pikir dan kebiasaan yang ada. Menambahkan sayuran dalam setiap masakan dan mengganti makanan penutup dengan buah-buahan, adalah satu cara yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan. Selain itu, mengganti minuman manis yang disediakan dengan air putih.

“Dan tahan diri untuk tidak mengambil banyak makanan saat berkunjung ke rumah tetangga, karena nanti di rumah lain pun akan disuguhi dengan kue yang padat akan gizi,” tambahnya.

Retno mengimbau kepada masyarakat untuk menyediakan makanan dengan batas wajar. Baik kue yang yang dihidangkan dan masakan yang akan disajikan kepada tamu. Hal ini untuk menekan makanan yang akan tersisa dan disajikan kembali keesokan harinya dengan cara dipanaskan.

Jika terus dilakukan berulang kali, gizi makanan yang disajikan akan mulai habis dan tentu saja tidak akan berakibat baik pada tubuh. Dengan kata lain, masyarakat hanya akan memakan ampas dari makanan.

Dengan mengurangi jumlah makanan yang ada sesuai kebutuhan, masyarakat bisa mengurangi jumlah sampah makanan yang ada. Oleh karena itu, Retno mengimbau kepada masyarakat untuk mempelajari porsi makanan dan gizi yang sebaiknya disajikan setiap harinya. “Paling tidak bisa mengurangi sampah karena tidak ada makanan yang terbuang,” ungkap Retno. (cr7/laz)