PURWOREJO – Petani di Desa Wonoroto, Kecamatan Ngombol, dan sekitarnya bisa tersenyum lebar dalam Lebaran tahun ini. Musim panen semangka bertepatan dengan perayaan terbesar umat muslim di seluruh dunia.

Sudah hampir delapan tahun terakhir, petani memilih menjajakan hasil pertaniannya langsung kepada konsumen. Mereka enggan melepas barangnya ke tengkulak karena harganya kerap dipermainkan.

Jaringan jalan lintas selatan atau Daendels yang melintas di desa itu dimanfaatkan dengan baik oleh warga. Mereka mendirikan bangunan-bangunan sederhana untuk berteduh dan memajang dagangannya.

Tak ayal pengguna jalan bisa dengan mudah menemukan jajaran penjual buah semangka yang cukup banyak. “Ini hasil budidaya saya sendiri,” kata Haryanto, 40, warga Wonoroto.

Berkah Lebaran memang dimanfaatkannya dengan baik. Ada banyak pengguna jalan yang memilih berhenti dan mencari buah yang diharapkan. Semua disesuaikan dengan kebutuhan karena memang ada banyak pilihan mulai yang kecil sampai besar hingga berbiji atau pun tidak. “Rata-rata kami lepas dengan harga Rp 6.000/kg,” tuturnya.

Menurutnya, pembeli tampak puas dengan pembeliannya. Selain mendapatkan buah segar, mereka juga mendapatkan harga yang lebih rendah dibanding harga pasar.

Haryanto sendiri mengaku lebih memilih berjualan langsung seperti halnya warga yang lain. Ini menjadi jawaban dari keresahan petani yang selelu mendapat harga rendah saat panen. “Untuk pembeli pun senang karena murah,” katanya.

Selain semangka, warga juga menjajakan beberapa jenis buah lain seperti melon dan jambu kristal. Tanaman ini pun hasil produksi dari warga di Kecamatan Ngombol dan Grabag. Kalaupun ada jenis lain, biasanya dari luar daerah tapi jumlahnya tidak banyak.

Camat Ngombol Rita Purnama mengatakan, Wonoroto memang menjadi sentra semangka. Masih ada beberapa desa terdekat yang melakukan budidaya yang sama.

“Mereka menjual langsung memang menjadi terobosan. Dari situ mereka berkembang, karena tidak sekadar jual buah. Ada yang jualan kebutuhan lain,” kata Rita.

Di Jalan Daendels sendiri memang masih kurang adanya rest area, dan pedagang semangka ini bisa menjadi tempat untuk sekedar beristirahat. (udi/laz/by)