GUNUNGKIDUL – Musim libur Lebaran 2019 sudah berakhir. Secara umum target Pemkab Gunungkidul terhadap pendapatan asli daerah (PAD) dan jumlah kunjungan wisatawan berjalan sesuai dengan harapan. Hanya saja, pungutan liar (pungli) dan lesunya desa wisata jadi catatan tersendiri.

Ya, pada Lebaran ini target Pariwisata (Dispar) Gunungkidul pada 6-9 Juni 2019 jumlah kunjungan wisatawan sebanyak 172.000 dengan PAD sebesar Rp 1,3 miliar. Sementara capaiannya cukup memuskan. Tercatat total kunjungan mencapai 225.884 orang, realisasi PAD sebanyak Rp 1,783 miliar.

Penyumbang jumlah kunjungan maupun PAD didominasi wisata pantai yakni, lebih dari 80 persen. Kemudian sisanya berasal dari wisata minat khusus seperti zona utara. Dalam rangkuman data dispar, sedikitnya ada dua catatan selama libur Lebaran. “Pertama mengenai pungutan di wisata pantai dan belum terdongkraknya jumlah pengunjung desa wisata,” kata Sekretaris Dispar Gunungkidul Hari Sukmono.

Pungutan yang dimaksud ada dua jenis yakni, dobel dua retribusi di Pantai Gesing Girikarto, Panggang dan pungutan di jalanan oleh kelompok masyarakat. Khusus di Pantai Gesing, persoalan dobel pungutan terjadi antara pemkab dan kelompok sadar wisata (Pokdarwis).  “Sampai sekarang belum ada titik temu soal (dobel) pungutan itu. Usai Lebaran kami koordinasikan kembali,” ujarnya.

Menurut Hari, Pantai Gesing cukup prospektif untuk dikembangkan. Dengan rata-rata jumlah kunjungan per hari mencapai 1.000 lebih wisatawan, ke depan persoalan dobel pungutan bisa berdampak negatif jika tidak segera dituntaskan. “Lalu mengenai lesunya kunjungan ke desa wisata akan kami evaluasi. Yang kurang nanti diperbaiki,” ucapnya.

Kepala Dispar Gunungkidul Asti Wijayanti memastikan  situasi di seluruh wilayah kondusif, wisatawan rata-rata senang dan tidak ada keluhan terhadap layanan yang diberikan. Hanya memang, masih ada beberapa pungutan “Pak Ogah”.  Tapi tidak ada keluhan terkait hal tersebut. Hal ini kemungkinan karena faktor Google MAP yang sangat membantu wisatawan dalam memilih jalur perjalanan.”Jadi, “Pak Ogah” tahun ini tidak seberuntung “Pak Ogah” tahun lalu,” kata Asti.

Radar Jogja sempat mewancarai warga yang melakukan pungutan di jalan raya menuju Pantai Selatan maupun respons wisatawan yang melintas. Meski ada yang merasa terbantu dengan kehadiran mereka, namun di antaranya justru beranggapan negatif. “Kalau  ada di tikungan tajam membantu banget. Tapi saat berada di jalan tanjakan malah mengganggu. Karena membuat kami gugup,” kata Deny seorang wisatawan dari Solo, Jawa Tengah.

Dari hasil penelusuran, setidaknya ada empat titik lokasi pungutan jalur menuju Pantai Wediombo dari arah Kecamatan Semanu. Sedangkan dari Pantai Baron menuju Pantai Wediombo ada lima titik lokasi yang di kuasai para “Pak Ogah” ini.

Wastono,45, seorang warga yang melakukan pungutan di Desa Balong, Kecamatan Grisubo mengaku, alasannya demi menjaga keselamatan para pengguna jalan maupun wisatawan. Sebab jalur yang melintas di wilayahnya dinilai rawan kecelakaan.  “Ini (pungutan) sukarela. Kalau dikasih diterima kalau tidak dikasih ya, tidak apa apa. Sehari penghasilan Rp 100.000 hingga Rp 200.000,” kata Wastono.

Kapolres Gunungkidul AKBP Ahmad Fuady mengatakan, antisipasi fenomena pungutan selama libur Lebaran menjadi pembahasan bersama dengan pemkab.  Beberapa waktu lalu petugas juga sempat mengamankan seorang oknum juru parkir (jukir). Dari laporan satreskrim, yang bersangkutan berlaku kasar dan melakukan pungutan secara tidak wajar. “Tidak ditahan hanya dilakukan pembinaan,” kata Ahmad Fuady. (gun/din/zl)