JOGJA – Ada benarnya Gubernur DIJ Hamengku Buwono X mengingatkan akses kendaraan saat penerapan semipedestrian Malioboro ke sejumlah hotel. Selama uji coba selasa lalu (18/6), banyak tamu yang akhirnya memilih membatalkan pesanan kamar mereka. Alasannya karena akses ke hotel.
Salah satu yang terdampak adalah Hotel Mutiara Malioboro. Setidaknya 100 pax atau pemesanan kamar dari tamu batal check-in di hotel tersebut. Jika dinominalkan dalam rupiah, hotel bintang tiga tersebut mengalami kerugian hingga Rp 50 juta.
“Tamu cancel itu antara 18 sampai 21 Juni, karena info awal semi pedestrian berlangsung dalam rentang waktu itu. Kalau nominal kerugian sampai Rp 50 juta,” jelas Human Resources Development (HRD) Hotel Mutiara Malioboro Listiani Rabu (19/6).
Listiani mengakui informasi uji coba semipedestrian tiap selasa wage masih rancu. Hingga penyelenggaran, tidak ada instansi pemerintah yang memberikan informasi secara resmi. Bahkan hingga mendekati hari pelaksanaan, tanggal terus berubah-ubah.
Pada awalnya Selasa Wage digadang-gadang berlangsung 18 hingga 21 Juni. Lalu berubah menjadi 18 hingga 20 Juni. Mendekati hari penyelenggaraan berubah lagi menjadi 18 dan 19 Juni. Disatu sisi, perubahan jadwal terus dia infokan kepada tamu hotel yang berada di dekat Kepatihan itu.
“Nah saat kami infokan, tamu memilih untuk cancel. Rata-rata yang cancel tanggal 19 dan 20 Juni dari sebelum penyelenggaran selasa wage. Hingga akhirnya baru tahu kalau pelaksanaan hanya 18 Juni saja,” keluhnya.
Tidak terhenti sampai disini, para tamu juga tidak bisa mendekati hotel pada 18 Juni. Kendaraan tamu diminta parkir di kawasan jalan Dagen. Tidak hanya tamu, karyawan hotel tersebut juga diminta parkir ditempat yang sama.
“Ada yang akhirnya parkir d isana, tapi jaraknya kan lumayan jauh. Apalagi kalau tamunya bawa koper dan anak. Meski begitu karyawan boleh masuk walau mesin kendaraan dimatikan dan dituntun,” ujarnya.
Listi meminta adanya diskresi atau toleransi kebijakan. Mulai dari adanya ijin melintas bagi kendaraan khusus Hotel Mutiara. Saran lain adalah perubahan rute akses kendaraan bermotor hingga jalan Pajeksan. Ini karena rute Jalan Dagen dan Jalan Sosrowijayan menurutnya belum efektif.
Dia juga menyambut positif jika ada penyediaan kendaraan penghubung. Seperti pengoptimalan becak kayuh dan andong untuk mengangkut tamu hotel. Dia juga berharap evaluasi kedepan tetap melibatkan pelaku usaha Malioboro.
“Untuk semipedestrian selasa wage kami mendukung jika untuk kemajuan kawasan Malioboro. Tapi dengan catatan, setidaknya tidak mematikan perekonomian,” harapnya.
Salah satu pemilik toko di Malioboro, Tunggon juga mengeluhkan pelaksanaan uji coba semipedestrian Rabu. Alasannya sama, sosialisasi yang kurang. Dia menyebut, warga setempat dan pemilik toko harusnya dimintai pendapat terlebih dulu.
“Berantakan karena jalan jadi kacau balau, paling fatal omzet penjualan turun 25 persen,” ujar pemilik Toko Fancy tersebut.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Perhubungan Kota Jogja Agus Aris Nugroho berjanji menampung semua keluhan. Selanjutnya catatan tersebut akan diteruskan ke Dishub DIJ. Tujuannya sebagai bahan evaluasi dari berbagai aspek.
Terkait pelaksanaan semipedestrian selasa wage dia mengklaim relatif lancar. Khususnya untuk arus kendaraan dari berbagai arah. Meski ada peningkatan volume kendaraan tapi tidak sampai macet. Bekas Camat Gondomanan itu juga mengklaim zona utama semipedestrian relatif kondusif.
“Alhamdulillah lancar dari jam 06.00 hingga 21.00. Tapi beberapa masukan kami tampung sebagai bahan evaluasi penyelenggaraan selasa wage kedepannya. Khususnya untuk akses jalan,” janjinya. (dwi/pra/er)