Di tangan lima mahasiswa Univesitas Muhammadiyah Purworejo (UMP) ini, gedebok atau batang pisang kering, diubah menjadi kerajinan unik dan bernilai ekonomis. Tak hanya berpikiran komersial, mereka pun rela berbagi ilmu dengan siapapun. Utamanya ibu-ibu.
BUDI AGUNG, Purworejo
Biasanya, pohon pisang hanya dionggokkan begitu saja, setelah pisangnya tua atau matang telah dipetik. Petani biasanya memotong menjadi beberapa bagian dan ditempatkan di bawah tanaman muda ataupun ditumpuk melingkari tanaman lain.
Di Purworejo, cukup banyak populasi pisang. Tapi sayangnya, tidak banyak yang melirik memanfaatkan limbah itu menjadi bahan olahan.
Nah, lima mahasiswa UMP yang bergabung dalam kelompok Dalang Bodol atau daur ulang debog dolls memanfaatkannya menjadi bahan yang bernilai jual. Ada banyak pernik telah dihasilkan. Dan ternyata kesemuanya laris manis. Ya, dari tangan-tangan kreatif mereka itu terbentuk boneka-boneka unik dan lucu. Serta berbeda dengan boneka kebanyakan.
Kalau kita mendapati sebentuk boneka dari kayu atau kain tentu hal yang lumrah. Tapi apa yang ada dibayangan kita, kalau boneka yang ada itu dari pelepah pisang.
Pelepah yang oleh anak kecil zaman dulu dipakai untuk perahu-perahunan, dengan pengelolaan khusus bisa menjadi kerajinan yang menarik.
Serat berbentuk kotak-kotak dalam debog ternyata bisa amat kuat saat dikeringkan. Dari bahan itulah, selanjutnya dibentuk menjadi boneka menarik. Pertama gedebog basah dikelupas bagian kulit luarnya. Di bawah terik matahari, selanjutnya dilakukan pengeringan.
Adalah Istiqomah, Aulia Yulia Rachma, Febriyanto Kurniawan, dan Nurlaeli Sangadah serta Endah Sulistiyani yang menjadikan benda selama ini dianggap tak berharga itu memiliki nilai jual. Dari banyak ide, akhirnya memunculkan kreativitas untuk menjadikan bahan itu berbentuk boneka mulai dari boneka hias, boneka wisuda, boneka pernikahan, dan gantungan kunci.
Gedebog atau pelepah pisang sebagai bahan utama. Mereka menambahkan beberapa barang lain mulai dari benang woll dan kawat. “Kawat sendiri digunakan untuk membentuk polanya baru dibalut dengan pelepah itu,” kata Istiqomah, kemarin (17/6).
Disinggung gedebog dan tidak bisa tahan lama, Istiqomah menolak. Dibandingkan saat masih basah, pelepah yang sudah dikeringkan bisa amat kuat. Ini berbeda jika menggunakan pelepah yang sudah kering dengan sendirinya. “Produk boneka yang ada itu amat kuat. Katakan gantungan kunci itu kan bisa dipakai harian dan tidak ada masalah,” tuturnya.
Soal harga yang relatif murah yakni Rp 2.500, Istiqomah menuturkan jika itu memang untuk boneka yang ukurannya kecil seperti gantungan kunci. Namun untuk boneka pernikahan atau wisuda yang berukuran besar harganya bisa mencapai Rp 250.000. “Yang besar ini biasanya kami kemas berbeda dan ditempatkan dalam kotak itu. Jadi kalau dipajang memang benar-benar menarik,” tambahnya.
Anggota yang lain, Aulia Yulia mengungkapkan jika boneka yang dihasilkan dijual secara online. Secara khusus mereka membuat akun-akun media sosial untuk memasarkannya. Barang yang ada amat diminati oleh masyarakat, utamanya anak-anak muda. “Kami harapkan inovasi kami ini bisa memberikan solusi pengolahan limbah batang pisang dalam bentuk dengan nilai manfaat, nilai ekonomis lebih tinggi,” kata Yulia.
Tidak hanya berpikiran komersial, menurut Yulia, mereka pun rela berbagi ilmu dengan siapapun utamanya ibu-ibu untuk turut membuat boneka tersebut. (din/fj)