GUNUNGKIDUL – Pariwisata di Gunungkidul sedang lampu merah. Terancam menurun. Perlu gebrakan hebat untuk mempertahankan pamor pariwisata agar tidak luntur. Wajib ada inovasi baru dalam menggarap pariwisata.
Pemangku kepentingan di Gunungkidul punya pekerjaan rumah yang tidak enteng. Terutama terkait sektor pariwisata.
Pemkab Gunungkidul dituntut berupaya maksimal mengembalikan pamor pariwisata yang kian tergerus. Sinyal merah penurunan jumlah pengunjung terjadi sejak beberapa tahun terakhir. Ini wajib disikapi serius.
Pesan itu dilontarkan anggota Komisi D DPRD Gunungkidul Imam Taufik saat dimintai tanggapan mengenai lesunya dunia pariwisata di Bumi Handayani kemarin (21/6). Dia mengatakan, jika ingin pariwisata eksis maka harus ada pembenahan di segala lini.
”Pertama, fasilitas wisata. Kedua, improviasi agar ada yang baru. Kemudian, akses jalan. Juga, lampu penerangan jalan umum dan sumber daya manusia,” kata Imam.
Dia menilai selama ini upaya Pemkab Gunungkidul dalam pengembangan sektor pariwisata cenderung stagnan. Tidak bisa tidak, hendaknya ada sesuatu yang ”wow” dan baru sehingga membuat pelancong berbondong-bondong untuk datang. ”Dukungan anggaran, saya kira sudah mencukupi,” ujarnya.
Dia mengusulkan agar pendapatan asli daerah (PAD) yang bersumber dari pariwisata dikembalikan ke dinas pariwisata lagi. Dengan demikian, pendapatan yang diperoleh bisa dimaksimalkan untuk pengembangan dan menggarap hal lain.
”PAD wisata di 2018 sekitar Rp 25 miliar. Apalagi anggaran dari Provinsi DIJ, juga besar sekitar Rp 1 triliun,” ungkapnya.
Di bagian lain, Wakil Ketua Komisi B DPRD Gunungkidul Edi Susilo menyoroti capaian pendapatan asli daerah wisata selama musim libur Lebaran 2019 lalu. Dia berharap, hal tersebut menjadi bahan evaluasi untuk capaian kinerja serta pengembangan sektor kepariwisataan menjadi lebih baik.
”Ya, kalau terus begini, pengembangan wisata Gunungkidul bisa berjalan mundur,” kata Edi.
Menengok data 2018, PAD pariwisata di Gunungkidul tidak mencapai target. Dari target kunjungan sebanyak 3,5 juta pengunjung ternyata hanya terpenuhi 3,04 juta pengunjung. Hal ini berdampak terhadap pendapatan daerah karena dari target Rp 28 miliar hanya terpenuhi sebesar Rp 24,2 miliar.
”Harus berbenah agar jangan sampai wisata kita ditinggalkan oleh pengunjung,” ujarnya. (gun/amd/zl)