SEBENARNYA apa yang disebut Nusantara dewasa ini bukan hanya terbatas pada wilayah saja. Nusantara adalah kumpulan dari berbagai macam etnik-etnik serumpun yang memiliki banyak kesamaan. Kesaman-kesaman berupa tradisi, kebiasaan, agama bahkan hingga pada bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Berbicara mengenai kesaman agama dalam serumpun nusantara. Keberadaan agama merupakan bentuk dari akulturasi adanya sebuah budaya yang ada, dengan ajaran yang terikat dengan norma, yang awalnya belum ada kemudian diadakan.
Nusantara dalam sejarah dikaitkan dengan konsep yang dibuat oleh Majapahit dan Patih Gajah Mada yang didokumentasikan dalam kitab Negara Kartanegara. Di dalamnya mencangkup semenanjung Melayu (Palembang dan sekitarnya), Gugusan Lawes (Lampung dan sekitarya), Tanjungnegara (Sambit, Sambas dan sekitarnya), Malaysia, Jawa yang semuanya tunduk pada peraturan Majapahit. Dalam konteks negara bangsa saat ini, yang dimaksud konsep Nusantara adalah Indonesia, Malaysia, Brunei, Thailand selatan dan beberapa daerah lain dengan pertimbangan tertentu seperti Timor Leste.
Selain penjelasan tentang wilayah masih ada lagi dua hal lagi yang berkaitan dengan nusantara yaitu pada kalangan, kelompok dan masyarakat yang ada di wilayah nusantara dan Islam yang memiliki corak tertentu dalam berinteraksi sangat luwes dengan tradisi dan khazanah Nusantara. keduanya berkolaborasi anatara tadisi dan pola pemikiran Nusantara yang tetap berpijak pada titik Islam. Nusantara juga bukan hanya milik salah satu ormas Islam saja, namun juga dapat sekaligus menjadi rujukan konseptual bagi organisasi-orgabisasi Islam yang memiliki ruh ukhuwwah islamiyyah, wathaniyyah, dan basyariyyah (Akhmad Sahal, 2015).
Berangkat itu, maka lahirlah para intelektul-intelektual Islam sebagai titik keseimbangan peradaban Islam di Nusantara. Melihat dari latar belakang sosial budaya masyakarat nusantara yang sangat kental dengan budaya dan tradisi lokal maka para intelektual Islam Nusantara menyesuaiakan dengan kondisi itu. Salah satu bukti dan ekspresi dari warisan budaya intelektualisme nusantara adalah dalam bentuk manuskrip. Meski dewasa ini budaya Nusantara tampak abstrak eksitensinya namun dengan keberadaan manuskrip ini setidaknya mampu memberikan legitimasi.
Salah satu bukti dan ekspresi dari warisan budaya intelektualisme nusantara adalah dalam bentuk manuskrip. Maka dari itu manuskrip lah yang menjadi salah satu dari sekian banyak bukti bahwasanya islam nusantraa memiliki peradan yang sangan luar biasa yang terekam dalam tulisan-tulisan tersebut. Maka dari itu menjdi pula bukti bahwasanya Nusantara pada masa itu telah memiliki peradaban dan ekspresi intelektual yang memiliki bukti konkret. (ila)
*Penulis merupakan mahasiswi Program Studi Ilmu Alquran dan Tafsir Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran.