ZAT gizi mikro (mikronutrien) adalah komponen makanan yang sangat penting bagi tubuh. Meskipun jumlah kebutuhan tubuh akan zat itu kecil. Namun keberadaan zat yang juga disebut sebagai vitamin dan mineral itu sangat penting untuk perkembangan, pencegahan penyakit, dan kesejahteraan tubuh.

Zat gizi mikro tidak diproduksi di dalam tubuh. Zat ini harus berasal dari makanan.

Defisiensi mikronutrien umum terjadi pada banyak individu. Terutama wanita dan anak-anak, yang menimbulkan dampak negatif pada kesehatan. Defisiensi mikronutrien dapat menyebabkan penurunan kapasitas belajar dan produktivitas kerja. Yang pada akhirnya dapat menurunkan pendapatan individu, keluarga, dan negara.

Selama beberapa tahun terakhir defisiensi mikronutrien semakin diakui sebagai masalah kesehatan masyarakat yang serius. Baik oleh pemerintah, industri, dan lembaga swasta.

Kekurangan nutrisi mikro sulit untuk dikenali. Kekurangan vitamin atau mineral tidak dapat dirasakan. Tapi harus diukur dalam darah dengan cara biokimia. Kekurangan zat gizi mikro seperti zat besi, yodium, vitamin A, folat, dan seng dapat menimbulkan konsekuensi yang merugikan. Setidaknya setengah dari anak-anak usia 6 bulan hingga 5 tahun di seluruh dunia menderita satu atau lebih kekurangan mikronutrien. Secara global lebih dari 2 miliar orang terkena dampaknya.

Kekurangan mikronutrien dalam jangka panjang menyebabkan banyak penyakit. Termasuk kegagalan sistem kekebalan tubuh. Nutrisi yang buruk dan kekurangan vitamin jangka panjang dapat merusak fungsi sel-sel kekebalan. Sehingga membuat seseorang rentan terhadap berbagai infeksi virus dan bakteri.

Penelitian telah menunjukkan hubungan antara kadar nutrien dan perkembangan otak pada anak. Baik yang bersifat sementara maupun permanen, dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Pada tahap persiapan prakehamilan diperlukan zat besi, B12, vitamin D, folat, dan yodium. Pada tahap kehamilan 3 bulan pertama ibu dan janin memerlukan zat besi, vitamin B12, vitamin D, protein, dan lemak. Pada trimester kedua dan ketiga ibu dan janin memerlukan protein, lemak, karbohidrat, zat besi, kalsium, dan vitamin.

Pada masa menyusui ibu dan bayi memerlukan protein, lemak, kalsium, zat besi, dan vitamin D.

Besi

Besi merupakan mineral penting untuk perkembangan motorik dan kognitif. Anak-anak dan wanita hamil sangat rentan terhadap konsekuensi kekurangan zat besi. Laporan WHO terbaru menunjukkan bahwa sekitar 2 miliar orang di dunia menderita anemia. Sedangkan 1 miliar di antaranya terkena anemia defisiensi besi. Konsentrasi hemoglobin yang rendah (anemia) mempengaruhi 43 persen anak-anak usia 5 tahun dan 38 persen wanita hamil secara global.

Anemia selama kehamilan meningkatkan risiko kematian ibu dan bayi, serta berat lahir rendah. WHO merekomendasikan suplemen zat besi dan asam folat untuk mengurangi anemia. Dan meningkatkan status zat besi di kalangan wanita usia reproduksi.

Fortifikasi tepung dengan zat besi dan asam folat diakui sebagai salah satu intervensi mikronutrien yang paling efektif dan murah. Meskipun zat besi adalah nutrisi yang paling sulit untuk ditambahkan ke makanan, tanpa menyebabkan perubahan rasa dan bau. Kendati demikian, kemajuan teknologi fortifikasi dalam beberapa tahun terakhir dapat mengatasi hal tersebut. Peningkatan status zat besi telah ditunjukkan pada wanita atau anak-anak yang diberi tepung terigu yang diperkaya zat besi, nasi,  garam, saus , ikan,  kecap,  jagung,  susu, dan makanan pelengkap.

Yodium

Yodium merupakan salah satu mineral terpenting yang dibutuhkan oleh janin untuk perkembangan otak dan kognitif. Meskipun kandungan yodium pada sebagian besar makanan dan minuman rendah. Sekitar 18 juta bayi lahir dengan gangguan mental karena kekurangan yodium pada ibu. Sementara sekitar 38 juta bayi terlahir dengan risiko kekurangan yodium. Secara global diperkirakan 2 miliar orang memiliki asupan yodium yang tidak mencukupi. Fortifikasi garam dengan yodium telah menjadi salah satu intervensi nutrisi yang paling berhasil. Sehingga saat ini  71 persen rumah tangga memiliki akses ke garam beryodium.

Garam iodisasi dapat meningkatkan poin IQ dan penurunan prevalensi gangguan kekurangan yodium yang signifikan, seperti gondok. Makanan lain seperti tepung terigu dapat menjadi alternatif untuk garam iodisasi

Vitamin A

Vitamin A diperlukan untuk mendukung fungsi penglihatan dan sistem kekebalan tubuh. Kekurangan vitamin A pada anak-anak meningkatkan risiko kebutaan dan kematian akibat infeksi, seperti campak dan diare. Secara umum, 1 dari 3 anak usia prasekolah dan 1 dari 6 wanita hamil kekurangan vitamin A karena asupan makanan yang tidak memadai.

Suplementasi vitamin A untuk anak-anak usia 6-59 bulan telah terbukti sangat efektif dalam mengurangi angka kematian yang disebabkan oleh defisiensi vitamin A.

Seng (Zinc)

Seng merupakan mineral yang bermanfaat dalam meningkatkan kekebalan, resistensi terhadap infeksi, dan pertumbuhan. Serta perkembangan sistem saraf yang baik. Seng diperlukan untuk aktivitas lebih dari 100 enzim spesifik yang terlibat dalam jalur metabolisme utama, termasuk pertumbuhan fisik, kekebalan tubuh, fungsi reproduksi, dan pengembangan neurobehavioural. Sekitar17,3 persen populasi global berisiko kekurangan seng karena kekurangan makanan.

Dampak negatif dari kekurangan seng tergantung pada usia. Termasuk penambahan berat badan yang rendah, diare, anoreksia, dan gangguan neurologis pada masa bayi. Perubahan kulit atau gangguan pertumbuhan linier  (stunting) lebih sering terjadi pada anak-anak usia sekolah.

Suplementasi zinc menurunkan kejadian kelahiran prematur, menurunkan diare dan infeksi saluran pernafasan anak, serta menurunkan semua penyebab kematian. Juga meningkatkan pertumbuhan dan pertambahan berat badan bayi dan anak-anak.

Folat

Folat merupakan vitamin yang sangat penting pada usia awal pertumbuhan janin untuk perkembangan otak, sumsum tulang belakang, dan tengkorak. Memastikan kadar folat yang cukup pada wanita sebelum konsepsi dapat mengurangi cacat tabung saraf (neural tube defect) hingga 50 persen. Pemberian suplemen asam folat pada wanita 15-49 tahun dan fortifikasi makanan seperti tepung gandum dengan asam folat adalah intervensi yang efektif untuk mengurangi cacat lahir, morbiditas, dan mortalitas pada bayi baru lahir.

Pencegahan

Fortifikasi makanan diakui sebagai strategi jangka panjang yang paling hemat biaya untuk pencegahan defisiensi mikronutrien, dan program nasional telah diperkenalkan untuk memperkaya makanan pokok yang banyak dikonsumsi seperti tepung sereal, garam, gula, dan kecap. Produk target biasanya adalah makanan buatan yang dikonsumsi oleh kelompok populasi yang paling berisiko kekurangan mikronutrien. Contohnya adalah formula bayi dan makanan pendamping, sereal sarapan, dan minuman cokelat yang sebagian besar dikonsumsi oleh anak-anak. Selain itu, di negara-negara industri, ‘makanan fungsional’ telah diperkaya dengan zat gizi mikro khusus untuk mencegah penyakit seperti osteoporosis, kanker, dan penyakit jantung.

Produk yang diperkaya lainnya termasuk makanan untuk wanita hamil dan menyusui, dan makanan enteral dan parenteral untuk pasien rumah sakit.

Meskipun fortifikasi makanan relatif mudah bagi beberapa mikronutrien (misal: Yodium), tidak mudah bagi yang lain (misal: zat besi).

Pengetahuan tertentu diperlukan untuk mencegah perubahan warna, rasa, atau tekstur yang disebabkan oleh beberapa senyawa mineral. Pengetahuan juga diperlukan untuk memastikan penyerapan, pemanfaatan, dan manfaat kesehatan mikronutrien yang mencukupi bagi konsumen.(*/yog/rg)