SLEMAN – Keterampilan dasarnya adalah kerajinan kayu. Namun sejak 2000, Maryoto, 45 tahun, menekuni usaha sebagai pengrajin batu. Keahliannya didapatkan di Wonosari, Gunungkidul.

Berbahan dasar batu, Maryoto mampu membuat patung, relief, ornamen, kaligrafi, pot, sampai bak sampah. Dia bekerja dibantu istrinya, Suratini, 42 tahun. Menggunakan peralatan manual untuk memahat ukiran di batu.

Pada 2008, Maryoto menjadi pioner untuk mendorong masyarakat Dusun Kranggan 1, Jogotirto, Berbah peduli sampah. Khususnya sampah organik. Yang biasanya hanya membusuk sia-sia. Padahal jika diolah dengan baik, sampah organik limbah rumah tangga, bisa dijadikan pupuk organik.

Tidak hanya menyuarakan Ayo Buang Sampah dan Jangan Buang Sampah Sembarangan. Maryoto bersama Pemerintah Dusun menyebar bak sampah batu yang dibuatnya. Berbahan dasar batu tentunya. Berbentuk persegi panjang berukuran 60x60x120 sentimeter.

“Ada juga yang lebih kecil dan lebih besar, sesuai kebutuhan dan luas area,” tutur Maryoto Selasa (16/7).

Bak sampah disebar di 11 lokasi setiap sudut dusun. Setiap bak sampah digunakan 10 keluarga. Dengan meletakkan bak sampah yang langsung bersinggungan dengan tanah, memudahkan proses pembusukan. Sampah yang telah dikumpulkan dalam bak disemprot mikro organik lokal.

Berbahan dasar batang pisang busuk, terasi, ragi, dan air, mampu menghilangkan bau busuk sampah. Menunggu satu sampai dua bulan, sampah organik bisa dipanen melalui pintu yang telah disediakan di bagian sisi samping bak sampah.

Pupuk yang dikumpulkan digunakan untuk memupuk tanaman sekitar rumah warga. Pupuk juga digunakan untuk kebun gizi yang terdiri dari tiga kebun berisi sayur. Dan dua kebun lainnya berisi tanaman obat.

“Kebun gizi sudah ada sejak 2016 dan sekarang sudah menjadi kebun,” tambah Maryoto.

Dijual dengan harga kisaran Rp 1,2 juta, bak sampah batu milik Maryoto bisa ditemui di Kecamatan Berbah dan Dusun Jasem. Dari upaya-upaya yang dilakukan, kini masyarakat mampu merawat lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan.

Selain itu, ada pula bank sampah yang disediakan warga yang membawa sampah ke pengelolaan sampah. Selain itu, sedekah sampah juga diberlakukan di dusun yang dikelola pemuda dusun. Setiap dua minggu sekali, para pemuda mengambil sampah masyarakat. (cr7/iwa/by)