GUNUNGKIDUL – Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Gunungkidul, Krisna Berlian mengatakan, masyarakat mengesampingkan kualitas garam. Garam kualitas premium Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari pun kurang diminati.
“Harga garam biasa atau kualitas rendah hanya Rp 1.500 per kilogram. Sedangkan garam kualitas premium Rp 7.500,” kata Krisna Rabu (17/7).
Pihaknya menyarankan petani garam menurunkan harga. Langkah tersebut untuk promosi ke konsumen. Namun usulan perubahan harga masih perlu dikaji.
“Ibaratnya, para petani adalah perusahaan yang sedang mengenalkan produk baru. Bisa dengan cara menurunkan harga Rp 4.500. Itung-itung untuk promosi. Tapi usulan saya ditolak petani,” ujar Krisna.
Bendahara Kelompok Petani Garam Dadap Makmur, Pantai Dadap Ayam, Triyono mengaku optimistis bisa memasarkan produknya. Namun pihaknya terkendala belum keluarnya uji laboratorium.
“Sampai sekarang, kami hanya memasarkan garam kepada warga sekitar. Belum bisa dipasarkan ke luar Pantai Dadap Ayam. Uji lab sejak tiga bulan lalu,” kata Triyono.
Uji laboratorium dibutuhkan untuk mengetahui kandungan garam Pantai Dadap Ayam. Dengan begitu, konsumen luar daerah percaya garam produksi petani berkualitas.
“Dengan keluarnya hasil uji lab, kami memiliki pasar yang pasti. Dan bisa mempermudah petani garam memasarkan garam,” kata Triyono.
Dalam satu bulan, petani garam Dadap Makmur menghasilkan garam 800 kilogram. Jumlah tersebut diperoleh dari 10 rumah produksi garam.
“Kepada masyarakat sekitar, kami jual dengan harga Rp 2 ribu per kilogram. Harapan kami, hasil uji lab dapat segera turun,” kata Triyono. (gun/iwa/by)