JOGJA – Munculnya keretakan di bagian Jembatan Jlagran di Gondokusuman membuat Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Pemukiman (DPUPKP) dan Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Jogja memetakan kembali jembatan yang sering dilalui kendaraan. Fokusnya mengurangi beban di atasnya.
Kepala Bidang Bina Marga DPUPKP Umi Akhsanti mengaku jajarannya sudah melakukan pendataan. Terutama terkait perawatan rutin sejumlah jembatan di kawasan Kota Jogja. Berdasarkan data inventaris, ada 35 jembatan di kawasan perkotaan.
Dari sejumlah jembatan tersebut, beberapa memiliki beban mati. Salah satunya karena letak berdekatan dengan alat pemberi isyarat lalulintas (APILL). Alhasil ini memberi beban tambahan saat kendaraan berhenti tepat di atas jembatan.
“Manajemen lalulintas khususnya pada persimpangan dekat dengan jembatan itu penting. Harus diakui kalau beban kendaraan yang berhenti juga berimbas pada usia teknis jembatannya,” ujarnya.
Sedang Kepala Dishub Jogja Agus Arif Nugroho telah mengkaji adanya manajemen lalulintas. Selain itu jajarannya juga melakukan penertiban di sejumlah kawasan. Khususnya jembatan yang menjadi lokasi parkir kendaraan bermotor maupun berjualan.
“Langkah ini untuk mengurangi beban teknis jembatan. Kami juga tengah menata kembali durasi sejumlah traffic light, terutama yang berdekatan dengan jembatan,” jelasnya.
Salah satu contoh kepadatan yang mengular adalah sisi barat simpangempat SGM. Pada sisi timur terdapat jembatan di atas Sungai Gajah Wong. Pada jam-jam sibuk, kendaraan kerap mengantri hingga kawasan tersebut.
Perbandingan volume dan kapasitas atau VC Ratio ideal berkisar 0,75 hingga 0,8. Pada rentang angka tersebut, bidang jalan masih terhitung nyaman untuk dilalui. Sementara untuk sisi timur simpangempat SGM mencapai 1.
“Itu sudah masuk kategori titik jenuh, karena saat arus kendataan dihentikan pasti terjadi antrean panjang. Jika ruas jalan saat dihentikan tidak teralu banyak penumpukan, VC Ratio sekitar 0,8,” katanya.
Solusi untuk kepadatan dengan antrian panjang adalah pengaturan durasi APILL. Sistemnya adalah penambahan durasi untuk lampu hijau. Tujuannya untuk mengurai kepadatan kendaraan dari sisi timur.
“Paling efektif saat ini mengatur durasi lampu melalui ATCS. Jika sewaktu-waktu antrian kendaraan padat bisa tambah durasi hijaunya. Tidak hanya untuk yang dekat jembatan saja, tapi juga simpang jalan lainnya,” ujarnya.(dwi/pra/er)