PURWOREJO – Museum Tosan Aji Purworejo melakukan identifikasi benda-benda tosan aji. Ditengarai saat ini cukup banyak benda-benda seperti keris, tombak maupun pedang yang masih ada di tangan masyarakat. Identifikasi ini bertujuan sebagai upaya pelestarian terhadap keberadaan benda cagar budaya. Juga agar pemilik memiliki pemahaman yang baik mengenai benda tosan aji.
Kegiatan ini sudah dilakukan sejak Mei lalu. Tim dari Museum Tosan Aji (MTA) Purworejo mendatangi rumah-rumah penduduk yang memiliki benda tosan aji. Tim menilai, banyak masyarakat yang awam dengan perawatan benda tosan aji. “Dari identifikasi ini ditemukan sebuah benda berusia 800 tahun peninggalan Kerajaan Pajajaran,” kata Purwanto, salah satu petugas MTA, Jumat (19/7).
Dikatakan, kunjungan ke masyarakat dilakukan secara acak. Ini didasarkan dari informasi yang diterima oleh pihak museum dari anggota Risang Aji, sebuah komunitas pecinta benda tosan aji maupun dari masyarakat umum.
MTA tidak mendorong agar mereka menyerahkan benda-benda tosan aji itu ke museum. MTA hanya mengedukasi saja mengenai keris yang dimiliki. “Dan sebagian besar juga tidak paham dengan tosan aji yang mereka miliki,” tambahnya.
Diungkapkan dari kegiatan tersebut, ada keuntungan yang diperoleh baik untuk museum maupun si pemilik. Bagi museum akan bisa mengukur seberapa banyak benda tosan aji yang ada di tangan masyarakat. Sedangkan bagi pemilik akan mengetahui secara detail tentang benda-benda yang dimiliki.
Dia memperkirakan ada ribuan benda tosan aji yang masih di tangan masyarakat. Karena itu masyarakat diajak agar mereka merawat dan mencintai benda tosan aji tersebut. Karena selain benda cagar budaya sekaligus sudah dilindungi oleh Unesco. “Keris memang benar-benar milik Indonesia,” tambahnya.
Pihaknya pun tidak menutup diri bagi masyarakat yang ingin melakukan identifikasi ke museum. Dia mempersilakan masyarakat untuk datang dan mengetahui mengenai seluk beluk keris dan pola perawatannya.
Kasi Pengembangan Objek Pariwisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Purworejo Helmi Fuad mengungkapkan, identifikasi ini dibiayai DAK dari pusat. Nilainya Rp 450 juta. “DAK ini tidak hanya Purworejo yang menerima tapi semua museum yang ada di di Indonesia,” kata Helmi.
Ada tiga kegiatan utama yang dibiayai dari kegiatan tersebut. Yakni kajian koleksi, program publik serta pemeliharaan aset. Untuk kajian koleksi meliputi kegiatan identifikasi, diskusi serta pemeliharaan benda tosan aji. Sedangkan untuk program publik meliputi kegiatan museum masuk sekolah, seminar kebudayaan, seminar yang berkaitan dengan cara perawatan keris serta pembuatan pamflet serta pameran. Untuk pemeliharaan aset intinya untuk ngopeni fisiknya. (udi/din/er)