Sampah plastik masih menjadi persoalan serius di Indonesia. Tapi mahasiswa vokasi UGM berhasil mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar berupa bio oil dan biogas.
SEVTIA EKA NOVARITA, Sleman
Dengan alat berupa furnace atau pemanas, mampu mengubah limbah anorganik seperti sampah plastik menjadi bahan bakar berupa bio oil dan biogas. Dengan minyak yang dihasilkan, mampu dimanfaatkan untuk bahan bakar.
Itu yang dikerjakan mahasiswa semester lima jurusan Teknik Mesin Sekolah Vokasi UGM Yandita Affan Almanda. Dia telah mengembangkan alat yang dinamakan Al-Production sejak duduk di SMA 2015 lalu. Bermula dari lomba karya tulis ilmiah yang diikutinya tentang penelitian pirolisis.
Bersama dengan rekannya dari Fakultas Kehutanan Refandy Dwi Dermawan, Affan mampu mengubah sebanyak 200 gram plastik menjadi 180 gram minyak. “Dari jumlah total bahan yang dipanaskan, akan menghasilkan 90 persen hasil minyak,” jelas Affan belum lama ini.
Affan menuturkan, pemanasan plastik tanpa oksigen dalam temperatur tertentu untuk menghasilkan kejernihan minyak sesuai yang dibutuhkan. Hanya dengan memasukkan sampah plastik dalam tabung vakun dan dipanaskan pada suhu daro 450 sampai dengan 550 derajat celcius. Dalam waktu 30 menit, uap dari plastik yang dipanaskan akan didestilasi sehingga keluar tetesan minyak. Semakin rendah suhu yang digunakan saat melakukan pemanasan, minyak yang dihasilkan akan keruh. Begitupun sebaliknya.
Sedangkan untuk peralatan yang dikembangkan, tambah Affan, berasal dari pipa yang terhubung dengan tabung kedal udara bertekanan tinggi berbahan stainless steel. Dengan sumber energi yang digunakan sebagai pemanas berasal dari aliran listrik yang membutuhkan daya sebesar 1.200 watt.
“Sempat menggunakan bahan bakar api, namun panas yang dihasilkan tidak stabil,” tambah Affan.
Untuk bahan bakar yang bisa digunakan untuk kendaraan, minyak hasil pemanasan sampah tidak bisa langsung digunakan. Masih ada reaksi katalis agar minyak aman saat digunakan dan tidak merusak mesin.
Melihat adanya peluang dan pasar, Affan mulai mencoba memasarkan alat ciptaannya. Yang sampai dengan saat ini telah terjual sampai dengan alat pemanas yang telah dibuat sejak 2017. Dengan harga yang ditawarkan Rp 20 juta untuk ukuran berkapasitas dua sampai tiga liter. Sedangkan untuk ukuran 10 liter dihargai sampai denga Rp 35 juta.
Berbeda dengan produk sejenis yang ada di pasaran, tambah Affan, produk milikbya memiliki keunggulan yang lebih. Salah satunya adalah penggunaan listrik sebagai porses pemanas. Dimana sampai dengan saat ini, produk di pasaran masih banyak yang menggunakan sumber energi berupa api. “Alat ini dilengkapi dengan destilator sehingga bisa digunakan untuk proses pirolisis,” ungkapnya. (pra/er)