MUNGKID – Para petani kentang mulai mendapatkan hasil setelah empat bulan menanam dan melakukan perawatan. Salah satu lahan yang telah panen kentang adalah milik Sumiyati, 43, di Desa Temanggung, Kaliangkrik, Kabupaten Magelang.

“Kali ini kami panen sekitar 17 kuintal,” tutur Sumiyati di sela memanen kentang miliknya Rabu (14/8). Desa ini secara ketinggian tanah dan suhu cukup pas ditanami kentang.

Berada di ketinggian sekitar 1.200 meter dpl  dengan suhu sekitar 18 derajat Celcius membuat tanaman kentang dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan umbi yang cukup besar. Namun ia mengakui besar kecilnya umbi tidak bisa diseragamkan. “Ada yang besar, ada yang kecil. Tinggal rezekinya,” katanya.

Saat panen seperti ini, setidaknya ia butuh sekitar 15 orang untuk membantu. Pertama-tama tangkai pohon dipotong. Selanjutnya mulsa perlu disingkirkan. Setelah itu, umbi kentang diambil untuk kemudian  ditimbang dan dijual ke pengepul.

Sejauh ini kentang cukup menjanjikan. Komoditas ini cukup stabil dibandingkan yang lain seperti bawang atau cabai. Inilah yang mendasari untuk melakukan penanaman kentang.

Salah satu tantangan besar yang dihadapi adalah ketersediaan air. Ia harus memompa air untuk menyirami tanaman. Selang-selang disalurkan untuk selanjutnya disiramkan secara merata di setiap jengkal lahan. Namun biaya irigasi masih sepadan jika melihat hasil yang didapatkan.

Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Eko Widi membenarkan hal ini. Menurut pantauannya, harga kentang di pasaran mulai Rp 7.500-Rp 8.000 per kg.

Dikatakan, komoditas ini tidak mengalami fluktuasi yang signifikan.  Selain itu ia juga tidak mendapati perbedaan harga yang signifikan antara satu wilayah dengan wilayah lain. “Memang segitu-segitu saja,” jelasnya. (cr10/laz/zl)