JOGJA – Memasuki tahun ajaran baru, berbagai cara dilakukan untuk menyambut mahasiswa baru khususnya yang merantau dari luar daerah. Paniradya Kaistimewan Pemprov DIJ bekerja sama dengan Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM melakukannya lewat Jogja Menyapa.
Mengusung tema besar ”Ngaruhke, Ngarahke – Tepung, Dunung, Srawung”, acara ini perdana digelar di Pelataran Soegondo FIB UGM, Selasa (20/8). Mulai pulul 16.00-22.00 WIB.
Paniradya Pati atau Pimpinan Paniradya Kaistimewaan Beny Suharsono menjelaskan, Jogja Menyapa untuk menyambut mahasiswa baru yang akan tinggal dan hidup bersosialisasi dengan masyarakat Jogjakarta. Khususnya untuk mahasiswa dari luar DIJ tanpa harus menjadi orang Jawa.
”Bagaimana Jogjakarta sebagai tempat yang akan menjadi persinggahan sebagai tempat belajar, kita ngaruhke dan ngarahke mereka (mahasiswa baru),” jelas Beny kepada wartawan di Bale Woro Kepatihan, Senin (19/8).
Maksud dari ”ngaruhke” yakni menerima, menyambut, seperti sapaan sugeng rawuh/selamat datang. Sedangkan ‘ngarahke’ berarti mengarahkan atau menunjukkan berbagai hal tentang DIJ.
Dengan begitu, harapannya para mahasiswa baru mampu Tepung (paham dan mengerti), Dunung (mengenal lebih dekat), dan Srawung (menjalin hubungan lebih dekat dan akrab).
Beny menegaskan, agar setidaknya para mahasiswa mengerti unggah-ungguh kehidupan masyarakat DIJ. Selain itu, agar mahasiswa yang baru tidak hanya asyik di asramanya sendiri sehingga tidak pernah srawung sekitar kampung.
”Ini kami mulai pertama kali di UGM dulu, nanti selanjutnya akan merambat ke perguruan tinggi lain juga, tidak menutup kemungkinan akan diadakan di kampung,” tuturnya.
Sementara itu, Anang Batas yang akan menjadi moderator acara menambahkan, jika selama ini ada pandangan bahwa banyak mahasiswa pendatang tidak sopan, mungkin bukannya tidak sopan melainkan belum tahu unggah-ungguhnya. ”Perlu ada teman yang menjadi bagian dari mereka, yang ngaruhke,” ungkapnya.
Kegiatan ini didanai Dana Keistimewaan sebesar Rp 50 juta rupiah dan didukung oleh Bank BPD DIY. Dengan target dihadiri setidaknya 1.500 mahasiswa.
Rangkaian kegiatan antara lain dialog budaya dengan narasumber Sri Sultan Hamengku Buwono X, Paniradya Kaistimewaan, Kanjeng Notonegoro, serta antropolog Prof PM Laksono dan Bambang Hudayana. Maestro campursari atau yang kini akrab disebut The Lord of Broken Heart Didi Kempot akan menjadi bintang utama malam besok. (tif/ila)