ASI (air susu ibu) adalah makanan terbaik bagi bayi. ASI akan mencegah malnutrisi pada bayi. Karena ASI mengandung zat-zat yang tepat dan dibutuhkan oleh bayi. ASI mudah digunakan secara efisien oleh tubuh bayi. Dan melindungi bayi terhadap infeksi.

ASI menjadi perlindungan utama bayi kira-kira selama setahun pertama kehidupan. Itu lantaran selama setahun pertama kehidupan sistem kekebalan bayi belum sepenuhnya berkembang. Sehingga pemberian ASI akan menurunkan morbiditas dan mortalitas bayi.

Data di Indonesia menunjukkan, cakupan pemberian ASI masih rendah. Kurang lebih hanya 49,8 persen ibu yang memberikan ASI secara eksklusif. Cakupan pemberian ASI yang rendah ini disebabkan oleh beberapa faktor. Di antaranya,   tidak dilakukannya inisiasi menyusu dini. Juga akibat tidak dilakukan rawat gabung. Sehingga bayi jarang menyusu. Bisa juga karena teknik menyusui yang kurang tepat. Serta faktor kondisi psikis ibu.

Kunci penting posisi menyusui yang tepat adalah muka bayi menghadap payudara. Perut/dada bayi menempel pada perut/dada ibu. Seluruh badan bayi menghadap ke badan ibu. Sehingga akan terbentuk garis lurus antara telinga, lengan, dan leher bayi. Seluruh punggung bayi juga harus tersanggah dengan baik.

Selain posisi, perlekatan juga penting untuk membantu keberhasilan menyusui.

Tanda-tanda perlekatan yang baik adalah tampak lebih banyak aerola di atas mulut bayi daripada yang di bawah. Mulut bayi terbuka lebar. Bibir bawah bayi terputir keluar. Dagu bayi menempel pada payudara.

Tanda lainnya, pipi bayi membulat. Sehingga saat bayi mengisap akan terdengar suara ASI yang tertelan. Namun tanpa terdengar suara decakan.

Untuk mencegah kekurangan energi dan protein pada bayi, maka ibu sebaiknya mengetahui tanda- tanda kecukupan ASI pada bayi. (*/yog)

Tanda-Tanda Kecukupan ASI pada Bayi

  1. Produksi ASI akan berlimpah pada hari ke-2 sampai ke-4 setelah melahirkan. Payudara ibu akan tampak bertambah besar, berat, lebih hangat, dan seringkali ASI menetes spontan.
  2. Bayi menyusu 8-12 kali sehari. Dengan perlekatan yang benar pada setiap payudara. Dan mengisap secara teratur minimal 10 menit pada setiap payudara.
  3. Bayi akan tampak puas setelah menyusu dan seringkali tertidur pada saat menyusu.
  4. Frekuensi buang air kecil (BAK) bayi > 6 kali sehari. Urine berwarna jernih. Tidak kekuningan.
  5. Pada bayi usia 4 hari sampai 4 minggu, frekuensi buang air besar (BAB) > 4 kali sehari dengan volume paling tidak 1 sendok makan. Sering kali ditemukan bayi yang BAB setiap kali menyusu. Ini merupakan hal yang normal.
  6. Feses bayi berwarna kekuningan dengan butiran-butiran berwarna putih susu (seedy milk) setelah bayi berumur 4 -5 hari.
  7. Puting payudara ibu akan terasa sedikit sakit pada hari-hari pertama menyusui. Apabila sakit ini bertambah dan menetap setelah 5-7 hari, apalagi disertai dengan puting yang lecet, maka ini merupakan tanda bahwa bayi tidak melekat dengan baik saat menyusu.
  8. Berat badan bayi tidak turun lebih dari 10 persen dibanding berat lahir.
  9. Berat badan bayi kembali seperti berat lahir pada usia 10-14 hari setelah lahir.