Hidup dalam keluarga sederhana tak meruntuhkan tekad Muhammad Ma’ruf, 17, menggapai asa. Dia mampu membuat bangga keluarga dan warga di kampungnya. Dia mengharumkan nama bangsa dengan menjadi anggota Paskibraka Nasional di Istana Negara, Jakarta.
MEITIKA CANDRA L, Bantul
Berada di rumah sudut jalan, tepatnya di Kampung Juron RT 19, Pendowoharjo, Sewon, Bantul. Radar Jogja mengunjungi kediaman keluarga Muhammad Ma’ruf. Mereka pun menyambut hangat. Ada kedua orang tua dan saudara Ma’ruf.
Ya, kisahnya berawal pada sebuah impian. Keinginan untuk masuk sebagai tim pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka). Yang sudah didambakannya sejak SMP.
Pada 17 Agustus 2019 lalu, dia mendapat kesempatan meraih mimpinya itu. Menjadi bagian tim Paskibraka. Mendapatkan posisi sebagai penjuru sayap kiri dari 68 peserta yang berasal mewakili 34 provinsi di Indonesia.
“Saya tidak menyangka mendapatkan kesempatan itu. Saya sangat bersyukur,” ungkap Muhammad Ma’ruf kepada Radar Jogja Minggu (25/8).
Dia menceritakan, pada April lalu mendapatkan informasi bahwa pendaftaran seleksi Paskibraka telah dibuka. Tak berpikir lama, dia meminta izin kepada orang tua untuk mengikuti seleksi itu. “Saya tahu itu keinginan terbesarnya. Begitu dia izin, saya sangat setuju,” tutur Samsuhadi, 47, ayah Ma’ruf.
Seleksi tingkat kabupaten dan provinsi pun dia lewati. Hingga Juni lalu nasib baik diterimanya. Dia resmi terpilih menjadi calon Paskibraka.
“Saya terharu. Bahagia hingga menangis,” ungkap Ma’ruf, remaja yang kini duduk di bangku kelas 11, SMKN 1 Sanden, itu.
Samsuhadi dibuat kaget. Sebab, kabar lolos seleksi Paskibraka tingkat nasional baru diketahuinya malam hari. Ma’ruf membuat surprise. Mengirimkan file hasil seleksi kepada sang ayah.
“Saya terkejut. Sepulang kerja dia sudah bilang tidak lolos seleksi, kok saya buka pesan, nama anak saya masuk di daftar lolos seleksi. Saya langsung peluk,” kata Samsu.
Sontak semua keluarga, saudara, tetangga, dan semua warga sekolah turut bangga terhadapnya. Mengucapkan selamat atas keberhasilannya. Pada Jumat (23/8) seluruh warga Desa Pendowoharjo merayakan keberhasilannya. Dari TK, SD, SMP sekolahnya dulu turut menyambut. Termasuk beberapa keluarga SMK. Dia diarak menaiki ogoh-ogoh gajah. Upacara penyambutan dilakukan di Kelurahan Pendowoharjo.
Kisahnya menjadi teladan bagi pemuda di kampungnya. Dari keluarga sederhana, Samsul bekerja sebagai sopir dan Sumiasih, 45, ibunya penjual bakso. Kini menjadi inspirasi. Bahwa tidak ada yang tidak mungkin. Semua mimpi bisa diraih asal mau berkerja keras dan berjuang menggapai.
Dia mengajak seluruh pemuda agar terus berjuang bisa menjadi kebanggan dan mengharumkan nama bangsa. “Jangan menjadi pemuda yang kehilangan arah dan semangat. Justru pemuda saatnya mengisi kemerdekaan dan turut berjuang mengharumkan bangsa,” tutur Ma’ruf.
Dia mengatakan, perjuangan sebagai Paskibraka belum selesai. Karena ilmu dan cerminan jiwa Paskibraka harus terus diperjuangkan. Diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. (laz/fj)