Radar Jogja – Keinginan menjawab berbagai persoalan di Indonesia, Kiwi Aliwarga kembali ke tanah air sejak 2015 dan mendirikan UMG IdeaLab. Kesuksesannya berbisnis di Myanmar tak lantas membuat dia lupa tanah kelahirannya. Mengawali dengan bisnis penjualan alat berat, bisnisnya yang bernama UMG Myanmar terus berkembang hingga pada tahun 2008 menguasai 70% pangsa pasar alat berat di Myanmar. Kiwi pun melakukan ekspansi bisnis ke wilayah Asia Tenggara lainnya, seperti Kamboja, Vietnam, dan Laos.

Melalui bisnisnya, Kiwi bertekad membawa misi untuk membangun dan mengatasi persoalan negeri ini melalui solusi teknologi. Mulai dari persoalan kesejahteraan para petani lokal yang berlarut, teknologi transportasi pengurai kemacetan melalui drone penumpang, dan solusi lainnya yang berbasis teknologi industri 4.0. Kiwi menjelaskan, sektor-sektor tersebut masuk sebagai sektor andalan dalam peta jalan Making Indonesia 4.0.

Saat ini, UMG Myanmar memiliki portofolio bisnis di sembilan sektor yakni food & beverage, financial services, bank, multi finance, teknologi, mining, kontraktor, hiburan, dan edukasi.

“Pada tahun 2014, saya berpikir bahwa bisnis model tradisional yang saya kembangkan selama ini di Myanmar paling tidak umurnya tinggal 15 tahun. Untuk itu, saya belajar dan masuk ke ranah startup dengan mendirikan UMG IdeaLab,” ungkap konglomerat berusia 49 tahun itu.

Sebelum mendirikan UMG IdeaLab sebagai Corporate Venture Capital (CVC), Kiwi aktif mendanai beberapa startup inovatif. Upaya UMG IdeaLab untuk fokus ke startup Indonesia ditunjukkan secara serius dengan memberikan seed funding kepada para startup tersebut.

Hingga saat ini, secara total UMG IdeaLab telah memiliki portofolio 25 startup Indonesia yang dinilai inovatif dan memberikan solusi untuk negeri ini. Selain di Indonesia, UMG IdeaLab juga mendanai beberapa startup di Myanmar, Indonesia dan Thailand.

Kiwi juga menguraikan, menurut catatan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tahun lalu menunjukkan, industri nonmigas menyumbang 19,86% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Nilai PDB industri pengolahan pada 2018 menyentuh Rp 2,95 ribu triliun. Sementara, PDB nasional terpantau bertengger di angka Rp 14,84 ribu triliun. Hal tersebut menunjukkan industri nonmigas di Indonesia menunjukkan perkembangan.

“Jika dilihat, industri nonmigas tengah mendapat perhatian besar pemerintah Indonesia sebagai pendukung perekonomian negeri,” jelasnya. (tif/tif)