Antusiasme masyarakat menikmati kawasan semipedistrian Malioboro semakin tinggi. Gambaran itu seperti terlihat pada Selasa Wage Selasa (27/8) yang baru lalu. Sejak pagi hingga malam hari Malioboro dipadati para pejalan kaki.
Termasuk para wisatawan yang tengah berkunjung ke Jogja. Mereka betul-betul merasakan suasana Malioboro yang berbeda. Malioboro yang lengang tanpa asap kendaraan bermotor dan hiruk pikuk pedagang kaki lima (PKL).
Selain pejalan kaki, suasana itu juga dirasakan mereka yang hobi naik sepeda. Banyak warga sengaja gowes dari rumahnya. Sekadar ingin merasakan Malioboro yang spesial. Hanya dirasakan setiap 35 hari sekali. Setiap Selasa Wage.
Demikian pula penggemar sepatu roda bisa bermain sepuasnya. Meluncur dari depan Hotel Inna Garuda hingga Gedung Agung. Atau meliuk-liuk di trotoar di sepanjang Malioboro. Warga juga bisa beraktivitas secara leluasa. Tanpa terusik lalu lalang kendaraan bermotor dan hiruk pikuk pedagang kali lima (PKL).
“Tidak rugi jauh-jauh nyepeda sampai Titik Nol. Suasananya betul-betul nyaman,” ujar Nanang Hartanto yang malam itu mengayuh sepeda ontelnya dari Jalan Parangtritis menuju Titik Nol di kawasan Kantor Pos Besar Yogyakarta.
Suasana nyaman itu dimanfaatkan RRI Yogyakarta menggelar audisi Bintang Radio RRI. Juga flashmob diikuti karyawan dan karyawati RRI Yogyakarta. Lokasinya persis di depan gedung DPRD DIY Jalan Malioboro 54.
Di atas panggung sederhana, karpet merah dan pagar berwarna putih setinggi kurang lebih 50 sentimeter itu para peserta audisi Bintang Radio RRI unjuk kebolehan. Mereka tampil di depan dewan juri dan wisatawan.
“Audisi bintang radio ini dalam rangka ikut men-support pariwisata Yogyakarta,” ujar Kepala RRI Yogyakarta Redno Desi Swasri. Audisi sengaja diadakan di Malioboro untuk memeriahkan agenda Selasa Wage. Selama ini audisi diadakan di dalam gedung.
Kali ini audisi bintang radio tingkat Kota Yogyakarta, kali pertama berlangsung di ruang terbuka. Tujuan demi melibatkan masyarakat. “Biar publik mengetahui RRI dengan bintang radio-nya,” kata dia.
Audisi ini bisa dikatakan sebagai upaya jemput bola. RRI Yogyakarta juga melakukan hal sama di Kabupaten Bantul, Kulonprogo, Gunungkidul dan Kabupaten Sleman. Tahun lalu, Kota Yogyakarta meraih juara pertama tingkat nasional bintang radio.
Peserta membawakan lagu-lagu dari penyanyi papan atas seperti Syahirini (Restu), Judika (Jikalau Kau Cinta), Raisa (Nyawa dan Harapan), Bunga Citra Lestari (Memilih Dia) atau Krisdayanti (Satu Sayap Tertinggal).
Bertepatan dengan agenda Malioboro Selasa Wage itu, Dinas Pariwisata DIY menyajikan berbagai hiburan di sejumlah titik. Dimulai dari depan Hotel Inna Garuda, depan DPRD DIY, depan Perpusda, UPT Malioboro, Hotel Mutiara dan Gapura Ketandan.
Kemudian depan Hamzah Batik, gerbang barat Kepatihan, eksgedung KONI DIY Jalan Trikora dan Plaza Serangan Oemoem (SO) 1 Maret 1949. Di depan Hotel Inna Garuda diadakan Street Fighter dan pentas musik keroncong. Sedangkan di depan kantor UPT Malioboro diselenggarakan pentas musik campursari. Permainan anak-anak dan band remaja ada di eksgedung KONI DIY.
“Saya bersyukur bisa menikmati keindahan Malioboro. Di sepanjang jalan ada beberapa kesenian tradisional yang menghibur,” ujar Widiastama, seorang wisatawan asal Klaten yang tengah berkunjung ke Jogja. (kus/ndh)