Peta politik di DPRD DIJ berubah. Selama 15 tahun terakhir, posisi pimpinan sementara dewan provinsi selalu dipegang kader PDI Perjuangan dan Partai Amanat Nasional (PAN). Ini sebagai konsekuensi PDIP dan PAN menjadi pemenang pertama dan kedua pada Pemilu 2004, 2009 , dan Pemilu 2014.

Namun pada Pemilu 2019 ini berubah. PAN tidak lagi menjadi pemenang kedua  pemilihan legislatif untuk DPRD DIJ. Posisi partai berlambang matahari biru ini tergeser oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Meski sama-sama punya tujuh kursi, PKS unggul selisih 2.772 suara.

Hasil rekapitulasi suara KPU DIJ,  PKS  mendapatkan 236.088 suara. Disusul PAN sebagai pemenang ketiga memperoleh 233.316 suara. Sedangkan pemenang keempat Partai Gerindra yang mendapatkan 224.183 suara. Sama dengan PKS dan PAN, Gerindra juga mendapatkan 7 kursi. Sedangkan pemenang pertama PDIP meraih 17 kursi di DPRD DIJ.

Dengan hasil itu PKS berhak mendampingi PDIP menjadi pimpinan dewan sementara.  PDI Perjuangan menempatkan kadernya Nuryadi sebagai ketua sementara DPRD DIJ. Selain anggota dewan mewakili Dapil Gunungkidul, Nuryadi  juga menjabat ketua DPD PDIP DIJ.

Sedangkan PKS mengirimkan nama Huda Tri Yudiana menjadi wakil ketua sementara. Keberadaan pimpinan sementara dari PKS ini baru kali pertama sejarah DPRD DIJ. Khususnya sejak pemilu pasca reformasi 1999 silam.

Munculnya nama Huda sebagai pimpinan sementara di luar dugaan. Selama ini tersiar kabar santer calon pimpinan sementara itu akan diberikan kepada Agus Sumartono. Namun saat geladi bersih di gedung dewan pada Sabtu (31/8), nama Gus Ton, sapaan akrab Agus Sumartono, justru tak muncul. DPW PKS DIJ menunjuk Huda yang sehari-hari menjadi bendahara partai sebagai wakil ketua sementara.

Tak hanya batal menjadi pimpinan sementara, saat geladi bersih pelantikan anggota DPRD DIJ periode 2019-2024, Gus Ton juga tidak tampak. Dia menjadi satu-satunya anggota dewan dari PKS yang tidak ikut geladi bersih.

Usai geladi bersih Huda mengaku tak tahu pertimbangan partainya. Dia menjelaskan penunjukan dirinya sebagai pimpinan sementara itu juga baru dilakukan beberapa hari menjelang geladi bersih. “Saya juga tidak tahu apakah nantinya penunjukan pimpinan sementara ini akan berlanjut ke pimpinan definitif atau tidak. Partai belum memutuskan,“ kilahnya.

Di pimpinan sementara, PKS menggeser PAN. Untuk pimpinan dewan defintif, PKS juga menggusur kursi Partai Golkar. Nantinya komposisi pimpinan DPRD DIJ periode 2019-2024 terdiri atas empat partai. Ketua dewan dari PDI Perjuangan dan tiga wakil ketua dewan dari PKS, PAN  dan Partai Gerindra.

Di tempat sama, Nuryadi juga mengaku belum mengetahui keputusan partainya terkait calon ketua dewan definitif. “Itu hak preogratif dewan pimpinan pusat di Jakarta. Kami di daerah melaksanakan saja,” terang Nuryadi.

Bagi Nuryadi, pengalaman menjadi ketua sementara DPRD DIJ bukan kali pertama. Sepuluh tahun lalu, tepatnya pada dewan provinsi periode 2009-2014, dia pernah menjalankan tugas tersebut. Kala itu penunjukannya menjadi ketua sementara itu disebut-sebut berlanjut menjadi ketua definitif.

Belakangan justru muncul nama Youke Indra Agung Laksana.  Bahkan kemudian Youke menjadi politikus pertama di DIJ yang pernah dua kali berturut-turut menjabat ketua dewan provinsi. Yakni periode 2009-2014 dan berlanjut periode 2014-2019.

Untuk sementara  karir politik Youke di dewan terhenti. Hasil Pemilu 2019, ia tergeser oleh Istriyatun Katir Triatmojo. Suara Youke dengan Katir terpaut 16 suara. Youke 17.087 dan Katir 17.103 suara.

Jalannya pengambilan sumpah anggota DPRD DIJ periode 2019-2024 dimulai pada pukul 10.00. Mereka akan  diambil sumpah oleh ketua Pengadilan Tinggi Jogjakarta. Komposisi dewan terdiri 26 petahana dan 29 muka baru.

Di antara anggota dewan yang baru terdapat dua mantan wakil kepala daerah. Yakni Imam Priyono, wakil wali kota Jogja periode 2011-2016 dan Yuni Satria Rahayu yang menjabat wakil bupati Sleman 2010-2015. Dalam pengambilan sumpah, Imam yang berasal dari Dapil Kota Jogja berada di urutan pertama di antara 55 anggota dewan. (kus/bhn/laz)