RADAR JOGJA – National Singapore Silat Federation tampil dalam Pencak Malioboro Festival (PMF) VI kemarin. Digelar di Kawasan Malioboro dan Plaza Serangan Oemoem (SO) 1 Maret Jogja.

Coach Tim Nasional Singapore Silat Federation Tri Riski Hadiyanti Kusuma mengatakan mereka ikut acara tersebut untuk mengenalkan silat yang populer di Singapura. “Kami ingin menambah jam terbang atlet kami,” jelas Tri.

Enam atlet silat Singapura menampilkan gerakan khas Indonesia. Dicampur bermacam jurus. Koreografi lebih banyak membawakan jurus hewan. Sesuai dengan gerakan binatang.

Di antaranya jurus kera. Dalam gerakan jurus tersebut mengandung banyak makna. Antara manusia dengan makhluk hidup lain.

‘’Jadi pelajaran yang bisa kami petik bahwa sesama makhkuk hidup harus saling menghargai,” ujar pelatih asal Indonesia itu.

Pencak silat sebagai bagian dari budaya Indonesia kini berkembang pesat di Singapura. Tidak ada kesulitan mengenalkan dunia silat kepada warga negara Singapura.

Hanya perlu melatih gerakan dan mengaplikasikan gerakan langsung kepada para atlet. Kompetisi tersebut menjadi momentum mengenalkan pencak silat ke dunia internasional.

“Euforia terhadap silat sangat tinggi di Singapura. Mereka sangat interest karena masih bagian dari rumpun Melayu. Gerakan silat juga tidak begitu sulit,” kata Tri.

Salah seoarng peserta dari Singapura Amirul Syafiq Bin Mohamed Faizuk mengaku sebagai orang Melayu dia ingin belajar silat. Silat juga bisa dipakai sebagai upaya pertahanan diri.

“Saya suka silat karena dapat mengajarkan saya disiplin. Termasuk nilai-nilai lain seperti menghormati guru dan orang tua,” ungkap laki-laki 17 tahun itu usai berkompetisi.

Salah seorang panitia Aris Baskoro mengatakan gelaran tersebut memasuki tahun keenam. Mengangkat tema Indonesia Damai. PMF sebagai upaya pelestarian budaya dan pendidikan budaya kepada generasi muda.

“Untuk lomba koreografi, diikuti 34 tim. Masing-masing tim maksimal beranggotakan 10 orang,” kata Aris.

PMF untuk mengenalkan pencak silat dan filosofinya. Yakni mampu menyatukan perbedaan. Indonesia memiliki 600 aliran pencak silat. Dan belum semua teridentifikasi. “Setiap daerah memiliki keunikan masing-masing, tidak ada yang lebih unggul,” ujarnya.

Sejumlah kegiatan mewarnai PMF VI. Di antaranya kompetisi koreografi pencak, Kaulan Titik 0, menggambar bersama, dan workshop silat. Puncak PMF VI berupa pawai di Malioboro serta ikrar Indonesia Damai bersama KGPA Pakualam X. (cr15/iwa/by)