RADAR JOGJA – Kampung Emas Plumbungan, Putat, Patuk, Gunungkidul, merupakan salah satu kampung yang mampu mandiri. Wisata terbukti mampu meningkatkan kualitas kehidupan sebagian warganya.
Siapa sangka, kampung yang dulu dipandang sebelah mata kini memiliki prestasi besar. Kampung Emas Plumbungan, Putat, Patuk, Gunungkidul, yang dulu kampung tak terkenal kini berubah menjadi kampung dengan pamor besar.
Kampung tersebut berhasil mengembangkan berbagai kegiatan berbasis wisata. Perekonomian warga kampung pun meningkat.
Tokoh masyarakat Plumbungan Andri Purwanto mengatakan, kiprah Kampung Emas dimulai sejak 2015. Ketika itu, Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Jogjakarta mencari kampung binaan.
”Ternyata jodoh. Nama kampung ’emas’ merupakan kepanjangan dari elok, aspiratif, mandiri, sejahtera,” kata Andri.
Anggota Polres Gunungkidul berpakat Aiptu ini salah seorang penggagas berdirinya Kampung Emas Plumbungan. Ketika masih babat alas, selalu saja muncul cerita sedih. Namun, kini semua terbayarkan dengan dukungan dari semua elemen masyarakat.
”Namanya juga memulai usaha dari nol. Sering nombok ketika berproses ke dunia pariwisata. Sekarang omzet kami pertahun mencapai ratusan juta rupiah,” ujarnya.
Suka duka cerita perjuangan masa lalu berbuah manis. Kini hasilnya bisa dinikmati oleh banyak warga.
Diakui Andri, tantangan ke depan tidak mudah. Perlu inovasi, memperkuat kekompakan, dan memperkuat jaringan agar tidak kehabisan pasar.
”Terkadang saya membagi-bagikan pamflet dan spanduk ke destinasi wisata lain saat berdinas. Tidak perlu malu. Kita memang perlu rai gedhek atau muka tebal untuk promosi,” ucapnya.
Saat ini Kampung Emas Plumbungan memilki omzet rata-rata Rp 10 juta setiap bulan. Nilainya tembus ratusan juta rupiah dalam rentang setahun.
Dia mengaku, omzet memang sedikit menurun. Itu tidak lepas dari imbas anjloknya kunjungan wisata di wilayah Gunungkidul sebagai akibat dari rentetan bencana seperti banjir, angin kencang, dan gelombang tinggi beberapa waktu lalu.
Omzet sepanjang 2017 sebanyak Rp 330.575.000. Sementara pada 2018 sebesar Rp 261.975.000.
Kampung Emas terbukti memberikan dampak positif terhadap masyarakat. Aspek manfaat ini menunjukkan grafik meningkat.
Warga tidak lagi hanya mengandalkan penghidupan dari hasil sektor pertanian. Kini banyak warga yang juga mampu menambah pundi-pundi uang dari sektor wisata.
”Memang belum semua merasakan. Itu perlu proses. Kami paham tidak semua penduduk mau terlibat dalam bisnis pariwisata,” ucapnya. (gun/amd)