INI adalah film terbaiknya Festival Film Venesia 2019. Tak dimungkiri bahwa film ini dibuat secara baik dan teramat rapi. Pilihan adegan demi adegannya terasa diperhatikan betul oleh si strada.
Film ini saya anggap dimaksudkan sebagai studi karakter Joker, salah satu musuh Batman yang ikonis. Dikisahkan si Arthur Fleck yang nantinya dikenal sebagai Joker hidup di tengah Gotham yang sedang mengalami depresi berat.
Dia yang mengidap penyakit mental dan sedang dalam masa pengobatan dibenturkan pada kehidupan Gotham yang berasa kompak merisaknya. Ia yang super nelangsa, tinggal bersama ibunya yang menua di apartemen ber-lift langganan rusak. Kulminasi dari kondisi hidupnya yang kelam nan menyedihkan telah memantik perubahan ekstrem karakternya.
Sebagai cerita berbasis studi karakter, film ini memang sangat menghipnotis karena semua komposisi sinematiknya pas dan nyaman dinikmati. Mulai dari sinematografi, musik ilustrasi, tempo plot, hingga arah plotnya. Walau begitu, yang saya rasakan juga adalah masih tersisanya banyak pertanyaan tentang perjalanan hidup si Joker karena set temporal yang diangkat dalam plot film ini sangatlah sempit: ketika Gotham sedang dalam depresi berat dan akan menyelenggarakan pilwakot, tanpa banyak kilas balik dan pembahasan tentang perjalanan hidup si Joker. Jadinya, saya pikir dari segi konten untuk sebuah studi karakter jadi kurang kaya. Belum lagi ditambah dengan pengadegan delusional yang membuat beberapa bagian cerita, bahkan ending/akhir, jadi bisa diperdebatkan nilai realitasnya: itu tadi nyata atau rekaan pikiran Joker semata?
Di mata saya, film ini sangatlah memukau jika hanya difokuskan pada sisi gagasan bahwa tindak perisakan sangatlah berbahaya karena berpeluang melahirkan jiwa yang jahat dan bengis. Namun, film ini juga bisa jadi tak terlalu memukau bila kita ingin lebih tahu secara mendalam tenantg pengalaman hidup si Joker. Untung saja, bagiku sisi ini berhasil tertutupi oleh performa pemeranan Joaquin Phoenix yang berpeluang kuat diganjar Oscar. Parah betul sih interpretasi dan pembangunan karakter yang dilakukan Joaquin.
Kendati dahagaku atas latar belakang karakter Joker lewat film ini belum cukup terlepaskan, namun tak bisa saya bantah bahwa sajian bertopik gagasan tentang resistensi dalam film ini super lezat. (ila)
*Penulis adalah penggemar film dalam negeri dan penikmat The Chemical Brothers yang bermukim di Jogja Utara