RADAR JOGJA – Beragam cara dilakukan untuk mengungkapkan syukur atas rezeki yang diberikan Tuhan selama ini. Salah satunya seperti warga dan para perajin genteng di Kwagon, Godean, Sleman yang melaksanakan tradisi saparan, Jumat (18/10). Dilakukan dengan mengusung gunungan tanah liat dan replika genteng berukuran raksasa.

Ritual ini diawali dengan pagelaran tari Dumadining Kwagon, yang menceritakan asal usul padukuhan setempat. Bukan karena dilakukan oleh penari profesional, pagelaran tari ini justru menarik perhatian warga karena ditarikan sendiri oleh keluarga para perajin genteng. Gerak tarinya pun lebih banyak diadaptasi dari gerakan para perajin saat membuat genteng. Mulai dari mencangkul tanah liat hingga membentuknya menjadi genteng.

Setelah pagelaran tari tradisi, dilanjutkan kirab enam buah gunungan mengelilingi desa setempat. Menempuh jarak sekitar 1,2 kilometer gunungan tersebut dibawa dari rumah kepala dusun ke bukit Bendo Bakungan Kwagon. Bukit ini merupakan lokasi penambangan tanah liat untuk keperluan pembuatan genteng oleh warga setempat.

Arak-arakan gunungan ini menarik perhatian warga karena dikawal oleh pasukan bregada dan berbagai elemen masyarakat lainnya, termasuk para siswa TK dan SD di wilayah tersebut. Bahkan para penggemar motor trail yang biasa menjajal kemampuannya di perbukitan Kwagon pun berpartisipasi.

Keenam gunungan yang diarak terdiri dari gunungan saji, gunungan lanang, gunungan wadon, gunungan apem, gunungan lempung atau tanah liat dan replika genteng berukuran raksasa. Masing-masing gunungan dipercaya mempunyai makna sendiri-sendiri.

“Bedanya dengan merti dusun lain, adatnya ini merti bumi dalam arti gunungnya Kwagon, tambang lempung tidak semuanya ada di wilayah lain, kalaupun ada seperti Bekakak di Gamping karena tambangnya gamping,” ungkap Kepala Dukuh Kwagon Sukiman Hadi Siswoyo.

Sukiman menjelaskan, gunungan saji bermakna gunungan pengantar doa, berisi aneka sesaji berupa makanan maupun kelengkapan lainnya. Gunungan lanang dan wadon merupakan gunungan welu wetu yang berisi hasil bumi berupa sayur maupun buah. Gunungan ini merupakan bentuk ungkapan syukur atas hasil bumi yang diberikan selama ini. Sedangkan gunungan lain seperti gunungan apem yang dibuat dari tepung beras sebagai ungkapan syukur atas kesejahteraan pangan. Sementara gunungan terakhir adalah gunungan lempung atau tanah liat, yang merupakan ungkapan syukur atas karunia bahan pembuat genteng di wilayah tersebut sehingga warga bisa terus hidup dan bermata pencaharian. Setelah didoakan, keenam gunungan langsung diperebutkan warga di bukit Bendo Bakungan Kwagon. (sky/tif)