RADAR JOGJA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jogjakarta memprediksi  angin kencang terbilang cukup tinggi pada musim pancaroba ini. Potensi bencana ini diperkirakan terjadi selama akhir tahun 2019.

Kepala Stasiun Klimatologi Mlati Reni Kraningtyas mengatakan, angin kecang dapat terus terjadi selama akhir bulan Oktober hingga pertengahan Desember. Serta dapat berpotensi mengakibatkan bencana angin topan hingga puting beliung.

Reni menyampaikan, adanya angin kencang ini kemungkinan terjadi seiring masuknya musim hujan. Awal musim hujan diprediksi akan dimulai pada pertengahan November.

“Kecepatan angin bisa mencapai 25 knot atau 45 kilometer/jam. Dengan kecepatan itu bisa merobohkan baliho dan sebagainya,” ujarnya usai menghadiri rapat kesiapsiagaan musim pancaroba di Kantor Bupati Bantul, Selasa (29/10).

Dikatakan, adanya angin kencang yang dibarengi dengan hujan lebat  juga berpotensi merobohkan pohon dan menghasilkan petir. Untuk itu, masyarakat harus mulai melakukan upaya untuk pencegahan.

Adapun langkah yang dapat dilakukan, dikatakan Reni, dengan melakukan pemotongan dahan pohon yang terbilang lebat. Terlebih bagi pohon yang berada di sekitar pemukiman penduduk.

Menurut dia, apabila masyarakat tidak melakukan upaya minimalisasi bencana pohon tumbang dari sekarang dikhawatirkan di kemudian hari dapat mengakibatkan jatuhnya korban jiwa hingga kerugian materi.

Selain bencana angin kencang, Reni menyampaikan akan ada potensi bencana lain seperti banjir dan tanah longsor. Untuk itu warga yang bertempat tinggal di daerah sekitar sungai dan perbukitan harus lebih berhati-hati.

Sementara itu Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul Dwi Daryanto mengaku sudah melakukan persiapan terkait  kesiapsiagaan bencana. Dia mengatakan, pihaknya sudah melakukan pemetaan wilayah rawan dan upaya mitigasi.

“Kami juga telah menyiapkan 20 pos pantau yang tersebar di empat kecamatan. Harapannya  dampak dari bencana pada musim hujan tahun ini bisa diminimalisasi,” ungkapnya. Ke-20 pos pantau  tersebar di empat kecamatan yakni Imogiri, Pundong, Piyungan dan Pleret.

Untuk wilayah rawan banjir sendiri, Dwi menuturkan di Bantul memang sudah ada beberapa titik yang menjadi langganan luapan air. Di antaranya di Kecamatan Kasihan, Sewon, dan Banguntapan. Kemudian wilayah timur ada di Segoroyoso, Pleret, dan Piyungan, lalu untuk wilayah hilir berada di Pundong, Kretek, dan Bambanglipuro.

Kepala Bidang Operasional dan Pemeliharaan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak (BBWSO) Syahril mengaku pihaknya juga telah siap dalam menghadapi bencana musim pancaroba pada tahun ini. Yakni dengan melakukan normalisasi daerah sungai dan penyiagaan alat.

Namun pada kegiatan normalisasi sungai, Sahril mengatakan hanya akan dilakukan pada daerah kritis saja. Alasannya karena BBWSO terkendala dalam hal penyediaan anggaran.

“Pekerjaan normalisasi dan peremajaan tanggul sungai memang harus dilakukan tiap tahun. Tapi kalau dilakukan semua, biayanya pasti sangat besar. Maka dari itu memasuki musim pancaroba ini kami hanya lakukan pada daerah yang kritis saja,” ungkapnya.

Bupati Bantul Suharsono menyampaiakan, memasuki musim pancaroba ini masyarakat juga harus turut meningkatkan kewaspadaan dan melakukan upaya antisipasif. Khususnya dalam menghadapi potensi bencana banjir, tanah longsor dan angin ribut. (inu/laz)