RADAR JOGJA – Perilaku daur ulang di Indonesia belum banyak diterapkan, hanya 42 persen konsumen yang mendaur ulang produk yang telah dipakai. Sedangkan 45 persen konsumen Indonesia berkeinginan untuk mengurangi pembelian dan pemakaian plastik.
Dilansir dari jawapos.com, berdasarkan survei di Indonesia terdapat lima karakteristik makanan minuman yang dapat menjawab kebutuhan kesehatan konsumen dan kesehatan lingkungan. Di antaranya, bahan-bahan alami (65 persen), tanpa bahan pengawet (55 persen), organik (54 persen), kemasan yang dapat didaur ulang (44 persen), kemasan yang bisa digunakan kembali (37 persen).
Pemilihan kemasan juga diharapkan memerhatikan pemanfaatan sumber daya alam secara bertanggung jawab dan memastikan daur ulangnya pasca konsumsinya dilakukan secara tepat. Dalam laman The Healthy disebutkan ada sejumlah fakta yang mendorong seseorang wajib membatasi penggunaan plastik. Tujuannya agar manusia dan lingkungan menjadi lebih sehat.
Popularitas plastik mulai meningkat pada 1950-an. Sebanyak 18,2 triliun pon plastik telah diproduksi di seluruh dunia. Itu menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances publikasi dari American Association for the Advancement.
Banyak kantong plastik hanya untuk produk sekali pakai. Padahal rata-rata penggunaannya hanya 15 menit sekali pakai. Sampah plastik banyak terbuang ke laut. Habitat laut terkena pencemaran limbah plastik. Konsumsi plastik secara langsung mempengaruhi kehidupan laut.
Semakin banyak perusahaan bertekad mengurangi limbah plastik sekali pakai dengan menawarkan bahan-bahan ramah lingkungan yang dapat terbiodegradasi. Misalnya dengan penggunaan kotak kardus yang dapat didaur ulang. Semuanya dilakukan demi lingkungan yang lebih sehat. (jpc/ila)