RADAR JOGJA – Tidak ada lagi tong setan, awul-awul, dan kebisingan orang berjualan di pasar malam pada perayaan Sekaten tahun ini. Hal tersebut diungkapkan Wakil Ketua Panitia Pameran Sekaten 2019, GKR Bendara di sela soft launching Sekaten 2019 di Siti Hinggil, Pagelaran Keraton Jogja.
Putri Raja Jogja tersebut mengatakan, Hajad Dalem Sekaten tahun 2019 tetap digelar tahun ini. Hanya, dawuh dari Ngarso Dalem (Sultan HB X) makna Sekaten ialah untuk mengingatkan kembali inti dan pokok dari sekaten tersebut, yaitu bukan pasar malam namun Sekatennya sendiri.
”Keraton mencoba meng-upgrade Sekaten yang selama 30 tahun terakhir tidak berubah. Tidak ada informasi lebih yang bisa mereka peroleh dari kegiatan selama ini,” ujarnya.
Untuk itu, pihaknya menghadirkan konsep baru tersebut berupa pameran yang bertema cerita biografi kehidupan, perjuangan serta peninggalan sejarah Raja Pertama Keraton Ngayogyakarta.
”Mendedikasikan Pameran Sekaten tahun ini sebagai salah satu kegiatan utama dalam rangkaian Sekaten,” ujarnya.
Istri dari KPH Yudonegoro ini berharap dengan memajang berbagai manuskrip dan benda-benda bersejarah dari Sri Sultan HB I, masyarakat dan pengunjung Sekaten akan mendapatkan nilai lebih dari hajad dalem tahunan ini.
Jeng Reni, sapaan akrabnya, mengungkapkan, dalam perayaannya tahun ini, ada dua masterpiece peninggalan Sultan HB I yang hanya bisa dilihat satu hari saja saat pembukaan Sekaten. Yakni manuskrip Babad Ngayogyakarta dan Kanjeng Kyai Tandhu Lawak.
Menariknya, manuskrip Babad Ngogyakarta berisi tentang beragam biografi dan filosofi kehidupan Sultan HB I yang ditulis pasca wafat. “Yang tak kalah bersejarah adalah naskah Perjanjian Giyanti yang menjadi awal pembagian Mataram menjadi Jogjakarta dan Surakarta,” katanya.
Sementara Kanjeng Kyai Tandhu Lawak merupakan tandu yang digunakan Sultan HB I sebagai kendaraan diusia senjanya. ”Tandu ini mengantarkan Sultan menuju Kagungan Dalem Masjid Gedhe. Untuk mengusung tandu ini butuh delapan abdi dalem,” jelasnya.
Rangkaian kegiatan Sekaten akan dihelat selama sembilan hari, mulai Jumat (1/11) hingga Sabtu (9/11). ”Tahun ini kami khusus memamerkan tentang kehidupan Sri Sultan HB I, tahun depan ganti dengan tema Sri Sultan HB II,” tutupnya. (sky/naf)