RADAR JOGJA – Kelurahan Cokrodiningratan, Jetis, Kota Jogja dinobatkan sebagai juara ketiga regional Jawa dan Bali dalam lomba kelurahan dan desa. Lomba yang digelar oleh Kementrian Dalam Negeri (Kemendagri) itu, Kelurahan Cokrodiningratan bersaing dengan 100 desa dan kelurahan lainnya.
Apa saja inovasinya? Lurah Cokrodiningratan, Narotama mengatakan, berencana melakukan pengembangan daerah wisata. Seperti membuat taman wisata robin untuk menampung tiga potensi yang ada di tiga kampung yang ada.
Menurut dia, wisata taman robin rencana akan dibangun di bawah jembatan Rumah Sakit (RS) Sardjito. Program ini masuk anggaran tahun 2020. “Iya betul tahun depan kita akan bentuk taman wisata baru untuk menarik wisatawan,” kata Narotama usai menerima kunjungan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) beberapa hari lalu.
Narotama menjelaskan, taman wisata ini nantinya untuk menampung potensi-potensi yang ada di tiga kampung yakni Cokrodiningratan yang memiliki potensi kerajinan dan kuliner, Cokrokusuman memiliki potensi wisata budaya seperti karawitan, bregodo, wayangan dan sebagainya, serta Jetisharjo yaitu potensi pengembangan air sungai siap minum maupun pengelolaan pemukiman. “Akan dibuat wisata selfie dan kuliner serta semua potensi budaya akan tampil disana,” jelasnya.
Rencana pembangunan ini menggunakan alokasi dana kelurahan sebesar Rp 200 juta untuk pembangunan fisik dari anggaran yang ada sebesar Rp 1,3 miliar. Termasuk juga untuk kebudayaan dalam rangka menarik wisatawan. “Jadi nanti kalau mau main disana bayar rata-rata sekali tampil Rp 1 juta. Dan juga stand-stand UMKM, panggung, penata wisata, dan lain-lain,” ujarnya.
Pada kesempatan ini, dia merasa bersyukur atas penghargaan yang diraihnya dalam lomba tersebut yang menyisihkan 44 kelurahan lainnya se-kota Jogja. “Saya tidak menyangka kalau bisa menang lomba ini,” ungkapnya.
Sementara Direktur Evaluasi Pengembangan Kemendagri, Eko Satrio Purnomo Putra dalam kesempatan kunjungannya mengatakan kepada seluruh peserta lurah dan kepala desa yang hadir se Indonesia bahwa harus bisa menggunakan kesempatan tersebut untuk menyerap potensi-potensi yang ada. “Kalau ada hal-hal yang bagus mari kita serap sama-sama untuk kita terapkan di wilayah masing-masing,” pesannya.
Pun dalam lomba desa kelurahan itu tidak sebaiknya dijadikan sebagai akhir tujuannya, melainkan bisa mengambil potensi yang ada sebagai percontohan agar dikembangankan dan ditingkatkan di masing-masing wilayah. “Jadi ini adalah bagian dari pengembangan sumber daya manusia. Harapan kami adanya perubahan mindset pengetahuan dan menambah wawasan di antara kami,” imbuhnya.
Menurut dia, Kelurahan Cokrodiningratan memiliki beberapa inovasi. Diantaranya pengoptimalan layanan digital baik di bidang pemerintahan, kewilayahan, maupun kemasyarakatan. Kelurahan juga mengembangkan produk unggulan. “Misalnya dari sampah diubah ke batu arang, kain batik jadi jumputan. Dia bisa menggerakkan UMKM memanfaatkan makanan lokal dan budaya lokal,” tuturnya.
Staf Ahli Wali Kota Jogja Bidang Kesejahteraan Rakyat Wirawan Hariyo Yudo menuturkan, kelurahan sebagai lembaga pemerintahan paling bawah di tingkat pemerintahan kota dituntut inovatif dan kreatif demi mengoptimalkan segala potensi daerahnya. Dia juga menganggap kelurahan sebagai instansi terdepan bidang pelayanan.“Dalam rangka menggenjot pendapatan dan pemberdayaan masyarakat,“ jelas mantan Kepala Dinas Perhubungan Kota Jogja itu.
Kelurahan Cokrodiningratan, lanjut dia, dapat menjadi percontohan dalam mewujudkan transformasi di masyarakat dalam rangka mendorong kesejahteraan. “Pengembangan tugas kelembagaan dalam kelurahan harus meningkat seiring dengan nilai-nilai yang dipegang teguh oleh budaya setempat,” ungkapnya. (**/cr15/cr16/pra/tif)