RADAR JOGJA – Ketua Tim Peneliti Yudi Utomo Imardjoko mengakui penelitian ini telah didanai Dahlan Iskan. Hal ini karena Dahlan ingin agar dari teknologi nuklir Indonesia ada sesuatu yang bisa di-create dan tidak hanya teoritis.

“Ini bukti kami sudah melakukan sesuatu yang ada hasilnya, walaupun masih kecil, itu tinggal scale-up saja,” ungkap Yudi.

Dalam dua tahun terakhir, proyek penelitian ini mendapat pembiayaan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan dan telah selesai dilaksanakan.

Prototipe baterai berbahan nuklir. (GUNTUR AGA/RADAR JOGJA)

Meski belum sempurna dan masih memerlukan pengembangan lebih jauh, prototipe yang dihasilkan sudah cukup baik dibandingkan dengan hasil penelitian lain.

“Ini kan masih kecil, efisiensinya masih kecil walaupun cukup tinggi jika dibandingkan dengan tempat lain,” kata Yudi.

Menurutnya, penelitian ini masih terkendala biaya komponen plutonium 238 yang cukup mahal karena harus diimpor. Untuk membuat prototipe itu, tim harus mendatangkan plutonium dari Rusia dengan harga USD 8.600 per keping.

“Awalnya per keping hanya USD 12, tapi begitu sampai sini harganya USD 8.600 per keping,” ungkap Yudi. (eno/laz)