RADAR JOGJA – Satlantas Polresta Jogja dan Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Jogja tengah memproyeksikan kantong parkir darurat. Tujuannya untuk menampung lonjakan volume kendaraan selama musim libur akhir tahun. Lokasi kantong parkir berada di titik terluar dari Malioboro.

Kasatlantas Polresta Jogja Kompol Yugi Bayu mengakui libur akhir tahun sangatlah pelik. Volume kepadatan kendaraan di jalan raya mencapai titik maksimal. Terlebih kota Jogja menjadi salah satu rujukan wisatawan. Tak hanya kendaraan keluarga, tapi juga bus berukuran besar.

“Berkaca pada masa liburan selama ini, kantong parkir yang ada di kota selalu penuh. Alhasil muncul kepadatan jalan raya di beberapa titik. Kendaraan berputar-putar untuk mencari lokasi parkir,” jelas Yugi, Senin (25/11).

Langkah taktis dengan menyiapkan kantong parkir di sisi barat dan timur pusat kota. Konsentrasi titik parkir sisi timur berada di timur GOR Amongrogo dan parkir barat GL Zoo. Seluruhnya untuk menampung bus ukuran sedang hingga besar.

Untuk sisi barat sejatinya Ngabean sudah cukup ideal menampung kendaraan besar. Sayangnya dalam beberapa kasus ada tindakan ngeyel para sopir dan oknum petugas parkir. Alih-alih memarkirkan di kompleks Ngabean, justru di atas Jembatan Serangan.

“Kadang seperti itu kalau penuh, bus parkirnya di atas jembatan. Padahal bahaya jadi beban untuk konstruksi. Terus untuk roda empat kadang parkirnya di Jalan Letjend Suprapto,” katanya.

Di satu sisi kepadatan volume kendaraan tak sepenuhnya tanggung jawab bus besar. Kapolsek Mlati medio 2018 ini menuturkan maraknya pelanggaran titik parkir. Didominasi oleh kendaraan roda empat di sepanjang bahu jalan. Padahal sejumlah titik telah jelas terpasang tanda kawasan larangan parkir.

“Parkir bahu jalan mengurangi bidang laju kendaraan. Alhasil menyebabkan antrean panjang karena fungsi jalan tidak optimal. Pasti kami tilang kalau ada temuan, contohnya kawasan Jalan Letjend Suprapto,” tegasnya.

Kadishub Kota Jogja Agus Arif Nugroho telah memetakan sejumlah titik rawan. Dia sepakat menjadikan parkir barat GL Zoo dan parkir timur GOR Amongrogo sebagai kantong parkir darurat. Setidaknya kawasan itu bisa menampung kendaraan besar.

Untuk ring utama, titik parkir meliputi kawasan Bank Indonesia, Jalan Panembahan Senopati dan parkir Abu Bakar Ali. Kajian sementara, dominasi laju bus terlihat sejak 15.00. Rata-rata merupakan bus wisata dengan plat luar daerah.

“Amongrogo itu kurang lebih bisa menampung 52 bus. Ada pula eks kampus STIKers di Jalan Parangtritis itu. Tapi wilayahnya masuk Bantul, nanti koordinasinya lewat Dishub Provinsi. Tumpukan bus biasanya mulai terjadi jam tiga sore, jadi memang tidak sepanjang hari,” ujarnya.

Jajarannya juga sedang berkoordinasi dengan pengelola Transjogja. Harapannya moda itu bisa menjadi alternatif shuttle menuju Malioboro. Selain itu juga melibatkan kendaraan tradisional becak kayuh maupun andong.

Langkah ini juga guna mengoptimalkan kendaraan publik. Berdasarkan catatan Dishub Kota Jogja, kepadatan kawasan Malioboro didominasi kendaraan pribadi. Setidaknya persentase kendaraan pribadi yang melewati Malioboro mencapai 50 persen.

“Kemarin sudah koordinasi dengan Transjogja untuk jadi shuttle wisata. Nanti jarak interval antarbus hanya lima menit. Sehingga penumpang tidak perlu menunggu lama. Berhentinya langsung Malioboro karena ada halte di sana,” katanya. (dwi/laz)