RADAR JOGJA – Ratusan pegawai PT Mataram Tunggal Garment mengalami keracunan. Penyebabnya diduga salah satu lauk makan siang para karyawan.

Pasien keracunan akibat makan siang datang secara bergelombang. Awalnya hanya tiga pasien, lalu selang satu jam mencapai 70 pasien.

Total pasien yang sempat dirawat di Rumah Sakit Panti Nugroho mencapai 104 pasien. Dua di antaranya masih menjalani observasi lanjutan.

Direktur RS Panti Nugroho Tandean Arif Wibowo menuturkan, gelombang pasien datang sejak pukul  13.30, Kamis (5/12). Hasil analisa keterangan pasien akibat lauk makan siang. Indikasi keracunan mengalami gejala yang sama, mual, muntah, dan pusing.

”Keterangan dari pasien ikan tongkolnya, tapi masih didalami Dinas Kesehatan Sleman. Kalau jarak reaksi, mereka makan pukul 12.00 dan terasa mual jam 12.30,” jelasnya ditemui di RS Panti Nugroho, Kamis sore (5/12).

Dia mengungkapkan, untuk memulihkan kesehatan, pasien mendapatkan obat antimual. Alhasil hampir seluruh korban keracunan kembali sehat. Hanya, masih ada dua pasien yang tetap menjalani observasi lanjutan.

Walau begitu Arif memastikan kondisi pasien stabil. Acuannya pengamatan fisik, denyut nadi dan tensi darah. Seluruhnya menunjukan dalam kondisi yang baik.

”Sudah pulang semua kok, hanya saja masih dua pasien yang observasi. Tapi kami masih menunggu, karena jam pulang pabrik itu pukul 16.00,” ujarnya.

Berdasarkan informasi yang dihimpun jumlah karyawan mencapai 1.800 orang. Jatah makan siang disediakan oleh tiga katering yang berbeda. Dugaan awal ada satu katering yang tidak mengolah dengan baik.

RS Panti Nugroho telah mengirimkan hasil sampel ke Dinas Kesehatan Sleman. Berupa muntahan para pasien. Sampel tersebut diambil dari beberapa pasien. Tujuannya untuk melengkapi uji sampel makanan.

”Penanganan kami terapkan triase pasien. Rata-rata masih level hijau atau kondisi aman dan sadar. Pakai tali rafia warna untuk membedakan kondisi dan dampak,” katanya.

Di satu sisi, Arif mengakui ini bukan kejadian pertama. Dia pernah menangani kasus keracuan dari pabrik yang sama. Tercatat ada dua kali kejadian sebelumnya. Dugaannya akibat keracunan lotek dan telur.

”Setahu saya ini kejadian ketiga kali, saat saya bertugas. Kalau yang dulu jumlahnya lebih banyak dari sekarang,” ujarnya. (dwi/ila)