RADAR JOGJA – Perlahan tapi pasti skema aksi kriminalitas jalanan mulai terbaca. Berkaca pada kasus di wilayah Kota Jogja, pelakunya didominasi anak bawah umur. Bahkan tren pelaku cenderung bergeser ke anak usia setingkat pelajar SMP. Terbukti dari beberapa kasus yang telah terpecahkan.
Para pelaku juga beraksi dalam waktu-waktu tertentu. Setidaknya yang memiliki rentang waktu panjang. Dalam arti lain tidak ada beban sekolah di pagi harinya. Walau usia masih anak-anak, koordinasi para pelaku juga cenderung rapi.
“Kejadian di Gondomanan itu Minggu dini hari, lalu yang di wilayah kami (Balairejo Umbulharjo) juga Minggu dini hari. Sepertinya memang mencari waktu yang sangat luang. Tapi ini masih didalami juga,” jelas Kapolsek Umbulharjo Alaal Prasetyo kepada Radar Jogja.
Terpecahkan kasus 10 November turut menguak fakta lainnya. Yaitu adanya sebuah komunikasi yang sistematis. Tidak hanya antar anggota kelompok tapi juga dengan kelompok yang berbeda. Terbukti kelompok kasus Gondomanan berbeda dengan Umbulharjo.
Fakta terungkap saat pelaku Gondomanan RK, 15 dan RA, 14, bernyanyi. Keduanya bercerita kepada penyidik bahwa ada kasus serupa di Balairejo Umbulharjo. Ternyata kasus ini yang menyebabkan korban atas nama Muhammad Awan Saktiyananto, 21, terluka parah.
“Untuk tersangka AM, NS dan IN ini anggota dari kelompok genk Konco Saklawase. Indikasinya kelompok yang ebrnaggotakan pelajar,” ujarnya.
Alaal memastikan patroli kepolisian berlangsung rutin. Seluruhnya memantau sejumlah titik rawan. Patroli ini berlangsung dari jajaran Polresta Jogja hingga masing-masing Polsek. Salah satu sasarannya adalah kelompok yang nongkrong hingga malam hari.
“Kami menghimbau untuk warga jika tidak ada kepentingan jangan keluar malam hari. Setidaknya meminimalisir potensi terjadinya aksi kriminalitas jalanan. Lalu orangtua awasi ketat anaknya, kalau sampai malam belum pulang wajib dicari,” pesannya. (dwi/riz)