RADAR JOGJA – Satu orang terduga teroris kembali diamankan dari Jogjakarta. Kali ini tim yang berasal dari Mabes Polri menangkap seorang berinisial Pon, 57. Dia ditangkap saat tengah berobat di Puskemas Mlati, sekitar pukul 11.00, Jumat (20/12).
Pemeriksaan berlanjut dengan penggeledahan rumah terduga di Kutu Ngemplak, Sinduadi Mlati Sleman. Proses pencarian barang bukti berlangsung dari pukul 13.00 hingga menjelang magrib. Barang bukti yang diamankan meliputi belasan botol berisi cairan, buku bertajuk HTI, kilafah dan syiah.
“Barang diamankan, charger HT, headset HT, stik besi yang bisa dilipat. Botol berisi cairan sekitar sepuluh sampai belasan. Detailnya dua jerigen, dua botol Aqua, lalu botol bayclin dan di botol bekas cairan aki,” jelas Ketua RW 13 Kutu Ngemplak, Sinduadi Mlati Sleman, Nurhidayat, 39, saat ditemui di kediamannya, Jumat (20/12).
Rumah terduga sehari-haru berfungsi sebagai lembaga pendidikan PAUD dan TK Qurrota A’yun 2. Hidayat sempat menjadi saksi penggeledahan. Pria ini didatangi pria berpenutup muka yang mengaku dari Polda DIJ sekitar pukul 13.00. Selanjutnya menuju kediaman terduga dengan diboncengkan kendaraan bermotor roda dua.
Hidayat mengisahkan kediaman Pon telah dikepung sekitar 30 pria berpakaian gelap. Seluruhnya menggunakan penutup muka. Sempat bertanya, Hidayat mendapatkan penjelasan puluhan pria tersebut berasal dari Mabes Polri.
Saat proses penggeladahan itulah ditemukan botol berisi cairan. Inilah yang membuat proses penggeledahan lebih lama. Tim awal harus menunggu tim penjinak bom. Tujuannya untuk memastikan bahwa cairan tersebut bukan zat kimia berbahaya.
“Sempat dengar juga apakah ini bahan kimia atau tidak akhirnya telepon jibom. Saat lokalisir sempat menemukan beberapa barang mencurigakan, sehingga telpon jibom. Mungkin itu yang bikin pemnggeledahan lama sampai habis magrib,” katanya.
Saat proses penggeledahan, Hidayat tidak melihat keberadaan Pon. Dia hanya melihat istri terduga bersama kedua putrinya. Penggeledahan menyasar ruangan di TK yang berfungsi juga sebagai tempat tinggal tersebut.
“Kalau cairan ditemukan di bivet kaca, ruangan belajar dan kamar terpisah. Tadi juga sempat lihat diamankan 4 paspor. Kelihatannya satu atau dua bulan lalu habis pergi ke Malaysia,” ujarnya.
Sosok Pon sendiri tertutup kepada warga sekitar. Bahkan Hidayat mengakui ada ketidakcocokan dengan pola ibadah. Mulai dari tidak pernah beribadah di masjid warga. Hingga tidak datang jika ada warga yang meninggal. Pon, lanjutnya, justru mengharamkan dan membid’ahkan kegiatan tersebut.
Ketidakcocokan terhadap Pon tidak hanya dirasakan warga Kutu Ngemplak tapi juga warga Kutu Wates. Kondisi ini sudah terjadi kurang lebih empat tahun. Terlebih setelah Pon mengelola lembaga pendidikan berbasis keagamaan tersebut.
“Beliau muslim tapi ikut golongan semacam MTA. Sempat kres dengan warga saya dan kampung sebelah. Mereka tidak mau tahlilan, takziah malah membid’ah dan haramkan. Sebenarnya beliau warga Kutu Wates tapi akses jalannya masuk Kutu Ngemplak,” jelasnya.
Ketua RT 07/RW 13 Marmin Hidayat mengeluhkan sikap yang sama. Pria berusia 53 tahun ini mengenal sosok asli Pon. Awalnya pria sepuh tersebut terkenal ramah kepada warga.
Seiring waktu berjalan perubahan signifikan terjadi. Hingga akhirnya Pon dan keluarga memilih untuk tidak beribadah lagi di masjid milik warga. Walau begitu sosok Pon tetap bertegur sapa walau ala kadarnya.
“Sudah tiga tahunan ini tidak srawung warga. Dulu beliau itu kerja di semacam perusahaan gas lalu keluar. Sekarang menjadi bendahara sekolah itu (Qurotayun 2), sementara istinya jadi Kepala Sekolahnya,” katanya.
Sementara itu pihak kepolisian memilih untuk irit berbicara. Salah satu pejabat utama Polda DIJ Wadirreskrimum AKBP Nugrah Trihadi terlihat di lokasi pengamanan. Walau begitu dia memilih tidak memberikan keterangan detail penangkapan dan penggeledahan.
“Iya benar ada satu (diamankan), keberadaan kami disini hanya backup tim dari mabes Polri saja,” katanya singkat. (dwi/tif).