START-UP bukan lagi kata yang asing pada era industri 4.0 ini, banyaknya bisnis muda yang bermunculan membuktikan bahwa perkembangan start-up di Indonesia sudah terbilang sukses. Saat ini, kita sudah kenal beberapa startup seperti GoJek, Bukalapak, Tokopedia, Grab, dan sebagainya.
Perkembangan start-up yang sangat pesat membuat perusahaan yang tadinya hanya sebuah perusahaan kecil namun sekarang bisa berkembang menjadi besar, bahkan mengalahkan perusahaan yang sudah terlebih dahulu melambung dengan nama besarnya. Perkembangan yang pesat tersebut tidak jauh dari peran kepemimpinan saat ini. Sebelum jauh membahas perkembangan startup tersebut, apa sih start-up itu?
Paul Graham (Cahyadi, 2014), mendefinisikan “a start-up is a company designed tp grow fast. The only essential things is growth. Everything else we associate with start-ups follows from growth”. Maksudnya ialah start-up merupakan sebuah perusahaan yang dibentuk dengan tujuan untuk berkembang dengan cepat dan pesat. Namun, tidak semua perusahaan yang baru dirintis bisa disebut sebagai startup. Start-up juga tidak selalu harus bergerak di bidang teknologi, hal yang paling diutamakan adalah berkembang dan maju dengan cepat. Adapun hal-hal yang berkaitan dengan bisnis start-up akan mengikuti perkembangan dari perusahaan tersebut.
Untuk berkembang dan maju dengan cepat dibutuhkan sebuah inovasi yang berkaitan dengan masalah sosial. Tidak hanya itu, start-up harus selalu menjaga hubungan yang baik dengan konsumen maupun pegawai internalnya. Di sini lah peran kepemimpinan berjalan, dimana seorang pemimpin perlu mempengaruhi pegawainya untuk bersedia berusaha demi mencapai tujuan bersama.
Pemimpin diharapkan mampu memotivasi atau mendorong pegawainya untuk bekerja lebih baik dari waktu ke waktu. Pemimpin harus dapat mengatasi masalah-masalah yang ada dengan solusi yang sudah didiskusikan bersama dengan pegawainya. Pemimpin juga harus selalu memberikan kesempatan kepada semua pegawainya untuk mengemukakan pendapatnya tentang masalah-masalah penting yang terjadi guna pemanfaatan berbagai sumber daya manusia yang tersedia dalam perusahaan start-up tersebut.
Namun, setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang mempunyai ciri khas masing-masing. Contohnya Nadiem Makarim yang menggunakan gaya kepemimpinan yang berhubungan secara langsung dengan orang yang bekerja dengannya.
Tidak jauh berbeda dengan Achmad Zaky yakni CEO Bukalapak yang menekankan pada diskusi-diskusi dalam mengambil keputusan guna mencapai visi dan misi dalam mendukung para pelaku UMKM di Indonesia. Hal tersebut menjadi motivasi terbesar perusahaan maupun karyawan di Bukalapak. Bagi Zaky, dengan mendengarkan semua aspirasi-aspirasi karyawannya membuat hal tersebut menjadi kunci untuk menjaga performa karyawannya.
Selain itu, ada William Tanuwijaya yang mana menjabat sebagai CEO Tokopedia. Dalam budaya perusahaannya, beliau terkenal menganggap para karyawannya adalah sebuah “Nakama” yang berati kawan dalam bahasa Indonesia. Hal tersebut dapat dianalogikan sebagai sebuah kapal yang sedang berlayar mencari harta karun.
Oleh karena budaya kepemimpinan yang mereka miliki, menjadikan hal tersebut sebagai komponen yang membuat perusahaan berkembang dengan pesat. Pada akhirnya, hal itu menjadikan start-up mempunyai daya tarik tersendiri bagi masyarakat banyak. Dibuktikan dengan banyaknya kalangan milenial yang ingin mencoba bekerja di start-up, terutama bagi mereka yang mempunyai gelar maupun kemampuan di bidang teknologi karena fokus utama perusahaan start-up sekarang adalah meratakan ekonomi digital di Indonesia.
Melihat dari penjabaran di atas dapat kita ketahui bahwa kepemimpinan sangat memberikan dampak yang signifikan terhadap karyawan baik dalam kuantitas maupun kualitas serta kesuksesan sebuah perusahaan. Tidak menutup kemungkinan di masa akan datang, start-up di Indonesia akan semakin banyak jumlahnya dan akan semakin berkembang menjadi lebih inovatif dan berkualitas.
Sebab itu, bagi kamu generasi muda yang ingin mau membangun sebuah start-up, jangan lupa jadikan kepemimpinan sebagai komponen penting didalamnya ya! Tentunya dengan gaya kepemimpinan inovatif yang melibatkan semua sumber daya disekitarmu demi mencapai visi dan misi bersama. (ila)
*Penulis merupakan mahasiswi Administrasi Keuangan dan Perbankan Universitas Indonesi.