RADAR JOGA – Kelompok Kawedar Majamil Muslimin di Dusun Gununggono, Banyubiru, berusaha mempertahankan pakem.
Namun, bukan berarti mereka menutup diri untuk berkreasi. “Kami brodut kreasi ada. Tapi, yang pakem tetap kami tampilkan,” jelas Muhammad Asrori, pendiri Kelompok Kawedar Majamil Muslimin.
Menurutnya, pakem topeng ireng menyimpan nilai yang perlu dipertahankan. Mulai rodat, montholan, sampai kewanan. Komposisi tari yang diciptakan oleh leluhur itu diciptakan untuk menyampaikan suatu pesan. Pesan itulah yang ingin terus disampaikan di setiap zaman.
Asrori mengaku berguru kepada Marzuki pada 1987. “Lalu saya haturkan ke sesepuh sini (Gununggono). Bagaimana kalau di sini diadakan paguyuban seni topeng ireng,” tuturnya.
Kelompok Kawedar Majamil Muslimin mulai berdiri pada 1989. Sampai saat ini tetap eksis. Mereka mengisi berbagai perhelatan di Magelang. Mereka juga sering tampil di Semarang dan Boyolali. Tetap mempertahankan pakem, setiap penampilan mereka tidak pernah sepi penonton.
Selain segi gerakan, Asrori berusaha mempertahankan pakem dari segi alat musik. “Kalau yang lain pakai alat musik elektrik seperti gitar dan keyboard, kami tidak. Kami masih menggunakan alat musik tradisional,” jelasnya.
Muhammad Destu Bairza, putra kedua Asrori, merupakan salah seorang penari andalan kelompok ini. Selain bisa menarikan berbagai figur, dia lihai memainkan alat musik.
“Saya ikut sejak kelas empat SD. Kalau diajak, pasti mau,” ungkapnya. (asa/amd)