RADAR JOGJA– Peningkatan volume aliran sungai yang berhulu Gunung Merapi mulai nampak. Seiring meningkatnya intensitas hujan di kawasan puncak Gunung Merapi. Walau begitu peningkatan ini dinilai belum terlalu signifikan.

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Jogjakarta mencatat peningkatan aliran sungai terjadi di Sungai Pabelan. Penambahan ketinggian aliran sungai mencapai 75 centimeter dengan lebar 44 meter.

“Catatan ini teramati Rabu (1/1), memang ada penambahan debit aliran sungai Pabelan. Imbas dari intensitas hujan selama seminggu ini. Tecatat intensitas curah hujan tertinggi sebesar 57 mm/jam selama 65 menit di Pos Babadan,” jelas Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG Jogjakarta Agus Budi Santoso, Sabtu (4/1).

Agus menuturkan cuaca di kawasan Gunung Merapi fluktuatif. Kondisi bisa cerah dari pagi harinya, namun berubah drastis menjelang siang. Inilah mengapa dia meminta warga dan instansi terkait waspada. Khususnya atas ancaman kiriman lahar dari puncak Merapi.

Dia meminta warga tetap mematuhi larangan beraktifitas radius tiga kilometer dari puncak. Agus juga menghimbau masyarakat di sekitar alur Kali Gendol meningkatkan kewaspadaan. Karena potensi bahaya terbesar terjadi di wilayah tersebut.

“Melihat arah dari rekahan yang mengarah ke Kali Gendol. Ancamannya berupa guguran lava dan awan panas. Lalu waspada juga bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi,” katanya.

Sementara untuk catatan vulkanologi cenderung stabil. Sempat teramati kemunculan asap berwarna putih pada 27 Desember 2019 dari Pos Pengamatan Gungung Merapi Kaliurang. Ketinggian asap maksimum mencapai 400 meter. Ketebalan sedang hingga tebal dengan tekanan lemah.

Analisis morfologi area kawah tidak menunjukkan adanya perubahan morfologi yang signifikan. Volume kubah lava berdasarkan analisis foto udara dengan drone mencapai 396.000 meter kubik. Agus memastikan kubah lava dalam kondisi stabil.

“Tapi tetap antisipasi, karena tetap ada potensi bahaya berupa awan panas dari runtuhnya kubah lava dan lontaran material vulkanik dari letusan eksplosif,”ujarnya.

Tercatat pula ada empat kali gempa hembusan (DG), 48 kali gempa vulkanik dalam (VTA), tiga kali gempa vulkanik dangkal (VTB). Adapula 10 kali gempa fase banyak (MP), 29 kali gempa guguran (RF), enam kali gempa low frekuensi (LF) dan 14 kali gempa tektonik (TT).

“Untuk aktivitas kegempaan VTA dan RF pada minggu ini lebih tinggi dibandingkan minggu lalu. Sementara untuk deformasi yang dipantau dengan menggunakan EDM dan GPS pada minggu ini tidak menunjukkan perubahan yang signifikan,” katanya. (dwi/tif)