RADAR JOGJA – Terbiasa melakukan penelitian kualitatif, membuat penelitian kuantitatif menjadi momok bagi mahasiswa Ilmu Pemerintahan (IP) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Hal tersebut diungkapkan salah satu dosen IP UMY Sakir Ridho Wijaya Menurutnya, mahasiswa menghindari penelitian kuantitatif karena enggan berkutat dengan angka. “Padahal kuantitatif itu sangat gampang sebetulnya, karena penelitian kuantitatif sebulan bisa selesai,” ujarnya belum lama ini.

Minimnya literasi mahasiswa tentang penelitian kuantitatif menjadi salah satu hambatan. Sehingga banyak mahasiswa yang belum memahaminya. Perkembangan teknologi penelitian kuantitatif yang dapat membantu mahasiswa dalam mengolah dan menganalisis data. Sebagai upaya mendongkrak minat penelitian kuantitatif, Koordinator Laboratorium IP UMY ini menggelar Seminar Proposal Penelitan & Hasil Penelitian.

“Ini bagian dari proses perkuliahan dalam mara kuliah yang saya ampu, yang pertama terkait mata kuliah Penelitian Kuantitatif, yang kedua mata kuliah Tata Kelola Keuangan Pemerintahan. Output dari mata kuliah ini mahasiswa harus memiliki kemampuan membuat proposal penelitian, khususnya dengan pendekatan kuantitatif,” jelas Sakir.

Kegiatan yang berlangsung selama 3-4 Januari ini diikuti mahasiswa angkatan 2017. Pada awal kegiatan diberikan materi berupa teori penelitian dan pendekatan kuantitatif. Dilanjutkan praktik membuat proposal. Melewati proses dari mulai menentukan topik, membuat metode penelitian, mencari dan mengolah data, kemudian dikonsultasikan pada dosen. Presentasi proposal penelitian kuantitatif sekaligus menjadi tugas akhir yang diberikan untuk mata kuliah Penelitian Kuantitatif kepada mahasiswanya.

Seminar ini turut menghadirkan dosen dari Fakultas Hukum UMY Reni Budi Setianingrum sebagai pengisi materi. Reni memberikan banyak masukan dan komentar terkait perbaikan proposal yang telah dibuat oleh mahasiswa.

Copy-paste-nya nggak dibenerin, penulisannya masih acak-acakan, masih ngawur, sumbernya tidak ditulis, bahasanya masih bahasa obrolan. Sayang sekali satu semester belajar untuk membuat proposal tapi tidak dikerjakan dengan maksimal. Banyak yang saya jumpai masalah ketelitian, dan malas mengecek kembali tulisan,” kritiknya.

Reni mengaku terisnpirasi untuk mengembangkan kegiatan serupa di Fakultas Hukum. Menurut dia, mahasiswa Ilmu Pemerintahan UMY beruntung mendapat bimbingan untuk membuat proposal penelitian. Karena pengalaman dari kelas mata kuliah Penelitian Kuantitatif akan sangat berguna bagi Mahasiswa saat kelak mereka menyusun Skripsi.

Salah satu peserta mahasiswa IP UMY Bahrul Aziz Pratama Putra, 22, mengaku tertarik dengan penelitian kuantitatif. Namun dia mencemaskan kesulitan yang akan ia temui. “Karena berkutat dengan angka dan sebagainya. Tertarik tapi sulit. Rencana ada, tapi nggak mau ambil,” kata Bahrul.

Bahrul mendukung pernyataan Reni bahwa kegiatan seminar melatih soft skill dan kepercayaan diri saat seminar yang sesungguhnya nanti. “Kami mendapatkan uforianya seminar proposal atau atmosfer pada saat presentasi proposal,” kata mahasiswa asal Kalimantan Selatan ini. (sce/cr13/tif)