RADAR JOGJA – Kepala Seksi Mitigasi Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Joko Lelono memastikan upaya preventif bencana berlangsung konsisten. Mulai dari pengoptimalan fasilitas hingga sosialisasi kepada warga. Seluruhnya berlangsung dari tingkat dusun hingga Kabupaten.
Potensi rawan bencana di Sleman, menurutnya, sangatlah beragam. Mulai dari erupsi Gunung Merapi, genangan air, banjir, tanah longsor hingga angin kencang. Seluruhnya terjadi saat musim kemarau maupun penghujan.
“Agar masyarakat sadar potensi bencana, ini merupakan upaya mengurangi risiko bencana,” katanya, Sabtu (11/1).
Potensi utama sepanjang waktu adalah Gunung Merapi. Tak hanya erupsi tapi juga munculnya lahar dingin di sepanjang aliran sungai yang berhulu puncak Merapi. Kewaspadaan meliputi peningkatan ketinggian volume sungai.
“Saat hujan agar tidak ada aktivitas penambangan di aliran Sungai Gendol. Penambang atau perusahaan tambang kami imbau untuk waspada,” pesannya.
Badai tropis siklon cempaka turut menjadi perhatian. Tercatat ada sekitar 50 titik rawan longsor di Kawasan Prambanan. Mayoritas berada di perbukitan sisi timur hingga selatan.
Pemantauan rutin berlangsung saat hujan turun. Apalagi dengan intensitas lebat dan sepanjang hari. Kewaspadaa meningkat apabila hujan terjadi dalam kurun waktu dua hingga tiga jam.
Di satu sisi dia juga meminta agar warga kawasan rawan lebih waspada. Apabila hujan terjadi cukup lama, wajib awasi kondisi tebing. Jika muncul tanda-tanda longsor diwajibkan segera mengungsi.
“Kami juga terus melakukan pemantauan terhadap tebing yang rawan longsor. Masyarakat dan relawan telah kami bekali tentang mitigasi bencana. Segera mengungsi apabila hujan turun dengan durasi tiga jam bahka hingga satu hari,” katanya. (dwi/ila)