RADAR JOGJA – Gunung Tidar memiliki posisi cukup penting dalam penyebaran ajaran Islam. Di bukit tersebut dipercaya ada tiga makam tokoh. Yakni, Syekh Maulana Subakir, Kiai Sepanjang, dan Kiai Semar. Bukit ini juga dipercaya sebagai Pusering Jawa, pusatnya tanah Jawa.
Baru-baru ini, lokasi tersebut dikembangkan menjadi kawasan pariwisata. Ada sejumlah pemangunan. Di antaranya, pembangunan Monumen Tanah Air dan Gardu Pandang. Keduanya mulai dibangun tahun lalu.
Koordinator Komunitas Pinggir Kali Muhammad Nafi mengusulkan pada Pemerintah Kota Magelang untuk mempertimbangkan aspek keasrian Gunung Tidar. ”Jangan melakukan pembangunan yang terlalu borong ruang. Arsitektur bisa dibuat dengan tetap menonjolkan pepohonan sebagai objek utama,” jelasnya.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kawasan Gunung Tidar Agus Suprijanto menjelaskan, Gunung Tidar akan dijadikan kebun raya. Setidaknya, ada lima fungsi dalam kebun raya yang harus dipenuhi.
”Di antaranya, konservasi, penelitian, pendidikan, wisata, dan jasa,” jelasnya saat ditemui di kantor, Jumat (17/1).
Saat ini UPT Kawasan Gunung Tidar sedang berusaha menyiapkan berbagai keperluan untuk memenuhi syarat sebagai kebun raya. UPT yang sebelumnya berada di bawah Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang bakal beralih di bawah naungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Magelang.
Untuk memenuhi Gunung Tidar sebagai kawasan konservasi, UPT Kawasan Gunung Tidar terbuka jika ada instansi yang akan melakukan penanaman pohon. Ada beberapa pohon langka yang bisa ditanamkan di Gunung Tidar untuk menambah keanekaragaman hayati.
”Di antaranya, kemiri, nogosari, cendana, mundu, gowok, dan namnaman. Karena sudah mulai jarang, ini bisa jadi salah satu ketertarikan,” jelasnya.
Agus menjelaskan, terhitung mulai Mei mendatang penetapan dilakukan. Setelah itu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) akan melakukan penelitian di kawasan tersebut. Dari hasil penelitian itu akan disusun master plan pembangunan Gunung Tidar sebagai kebun raya. (asa/amd)