RADAR JOGJA – Ulang tahun kedua Museum Lima Gunung di Magelang menampilkan beragam karya seni spesial. Karya yang ditampilkan menyiratkan keprihatinan atas berbagai kejadian yang terjadi dalam rantang setahun terakhir.
Perhelatan ulang tahun Museum Lima Gunung pada 2020 begitu semarak. Event ini hadir di tengah-tengah pelaku seni Magelang pada Rabu (5/2).
Berbagai acara dihelat. Ada diskusi, pameran, sampai pertunjukan. Semua kegiatan tersebut merupakan bentuk curahan kegelisahan selama setahun silam.
Pemilik Museum Lima Gunung Sutanto menjelaskan, berbagai karya seni yang dihadirkan merupakan bentuk kritik atas fenomena sosial yang terjadi belakangan. ”Ini sebagai bentuk tesis saya selama setahun, kok ada kerajaan di Purworejo, Jiwasraya, korona, ada macam-macam,” jelasnya.
Dia dan para seniman yang tergabung dalam Komunitas Lima Gunung merespons berbagai fenomena tersebut. Respons yang diberikan sesuai bidang seni yang digeluti masing-masing.
Salah seorang seniman yakni Ismanto, merespons pengguna internet yang membuat pola pikir menjadi tidak karuan. Dia menggambarkannya melalui patung dengan wajah yang tidak berbentuk. Bagian dada sebelah kiri berlubang seperti menyimbolkan manusia yang tidak punya hati.
”Pembukaan patung, kepalanya pecah-pecah, tidak punya hati. Kegelisahan dari semua ini terjadi hari ini,” jelas Sutanto.
Pembukaan selubung yang menutupi patung tersebut sebagai tanda dimulainya acara. Sebelumnya, Sitras Anjilin memanjatkan doa untuk menjelang 40 hari Suprapto Suryodarmo meninggal dunia.
Suprapto merupakan pendiri Padepokan Lemah Putih. Dia meninggal 29 Desember 2019. Dia merupakan penghayat spiritual Jawa, yang kemudian diwujudkan dalam berbagai bentuk gerakan tari. Dia juga telah menampilkan pertunjukan tari di sejumlah negara Eropa, Filipina, Jepang, dan Amerika Serikat.
Komunitas Lima Gunung telah menginspirasi banyak orang di berbagai negara dalam menyelenggarakan kegiatan seni. Bulan depan, Sutanto akan mengajar manajemen Lima Gunung di Melbourne University, Australia. Masyarakat Negeri Kanguru ingin tahu bagaimana masyarakat Lima Gunung mampu menyelenggarakan kegiatan seni secara swadaya. (asa/amd)