RADAR JOGJA – Alhamdulillah Rejeki Hari Ini. Nama putra pasangan Rahardijanto Didit Saputro, 39, dan Meidiana, 35, ini menjadi perbicangan di jagat maya. Tapi bukan itu yang diinginkan kedua orang tuanya. Banyak cerita dibalik nama tersebut. Apa itu?
Tak mudah untuk bertemu dengan Al, sapaan Alhamdulillah Rejeki Hari Ini. Dalam kartu identitas anak yang viral di media sosial, Didit dan Meidiana beralamat di Jalan KS.Tubun, Ngampilan, Jogja. Tapi ternyata kini mereka tinggal di Villa Bukit Asri, Gunung Sempu, Kasihan, Bantul..
Kepada Radar Jogja, Didit mengaku, berharap kelak anaknya menjadi anak yang pandai bersyukur. Setelah tujuh tahun menikah, pasangan suami istri ini baru dikaruniai seorang putra. Sempat alami keputusasaan dan pasrah, tetapi akhirnya diberi kepercayaan untuk tetap diberikan momongan di usia pernikahannya yang sudah cukup lama.
“Alhamdulillah, Alhamdulillah Rejeki Hari ini datang di tengah-tengah keluarga kecil saya,” jelas Didit, belum lama ini (5/2).
Dia dan istri sempat mengalami keputusasaan karena sudah bertahun-tahun menikah, tidak kunjung dikaruniai seorang anak. Pengobatan medis sempat mereka lakukan. Bahkan sempat divonis akan sulit mendapatkan momongan oleh dokter.
Istri diakuinya perempuan yang legawa. Dia sangat sabar meskipun sudah lama tak diberi momongan. Tetapi dia juga pernah sampai pada titik pasrah. Didit mengaku walaupun diam, sebenarnya dia belum terima dengan kenyataan tersebut. Dalam hati kecilnya ia ingin sekali memiliki momongan. “Tetapi saya diam agar istri tidak sedih,” tutur pria yang berprofesi sebagai fotografer itu.
Sampai pada akhirnya ia mengadopsi seekor anjing jenis Pitbull. Dianggapnya anjing tersebut sudah seperti anaknya sendiri. Tak jarang istrinya mengajak mengobrol anjing yang mereka beri nama Coki tersebut. Terlalu sayangnya dengan Coki, sampai-sampai Didit dan istrinya mengira bahwa yang mengetahui istri Didit hamil adalah Coki. “Jadi, Desember 2018 itu, anjing saya mengalami perubahan sikap seperti yang biasa sering melompat jadi lebih kalem. Kemudia, dia sering ndusel di perut istri saya. Seolah memiki firasat,” jelas Didit.
Pada 7 September 2019, lahirlah Al. Rasa syukur dan bahagia ditambah terharu saat mendengar keterangan dokter bahwa istrinya sudah mengandung janin selama dua bulan. “Waktu itu, saya ke dokter pada Februari 2019 dan dari hasil pemeriksaan medis ternyata istri saya sudah mengandung selama sembilan minggu. Berarti pada Desember 2018 istri saya sudah mengandung,” tuturnya.
Sebelum itu, banyak kejadian dan lika-liku hidup yang dilalui. Pada Oktober 2018, Meidiana mengalami kecelakaan. Yang membuat lutut sang istri patah dan retak. Sempat membuatnya sulit beraktivitas, harus menggunakan kruk. Karena sang istri tidak cukup berani melakukan operasi, ia memutuskan untuk mencoba pengobatan alternatif Tiongkok. Tetapi Selama dua minggu pengobatan, belum ada perkembangan. Hingga ia diberi saran oleh seorang temannya untuk beralih ke pengobatan tradisional di daerah Ngrajek, Muntilan “Alhamdulillah, setelah beberapa minggu berobat, istri sudah sedikit-sedikit lepas kruk,” jelasnya.
Pada saat melakukan pengobatan tradisonal tersebut, sang terapis mengatakan, ada saraf yang bermasalah dan menyebabkan istrinya tidak bisa hamil. Kemudian, Didit tidak menolak untuk menerima tawarannya untuk mengobati istri. “Namun saya juga dari situ sudah tidak berharap lebih, itung-itung menghormati tawaran beliau,” paparnya.
Setelah pengobatan tersebut mereka juga biasa saja. Tidak berpikir akan sampai dikaruniai anak. Mereka tidak bereksprektasi macam-macam. Hingga pada akhirnya, Februari 2019 mereka melakukan check up ternyata hamil. “Dan pada, September 2019, lahirlah Al. Sekarang umurnya hampir lima bulan,” katanya dengan sumringah.
Nama Al juga berdasarkan pengalaman Didit, yang pada 2014 sempat mengalami stroke karena banyak beban pikiran. Dia berkisah dulu sempat hidup berkecukupan. Karena profesinya sebagai fotografer iklan di salah satu perusahaan. Berkat usahanya, mereka hidup berkecukupan. Tetapi, pada saat itu Didit merasa dirinya sempat lupa untuk bersyukur dan terlambat menyadari. Dulu, setiap malam ia selalu gelisah, bertanya kepada istrinya “Besok dapat proyek lebih gede enggak ya?”. Bahkan waktu itu, tak jarang istrinya selalu protes dengan kegelisahan Didit. Didit merasa kebutuhannya semakin banyak sehingga perlu kerjaan atau proyek yang lebih besar agar mendapat uang yang lebih juga. Pemikiran tersebut bertahan cukup lama sekitar empat sampai lima tahun. Yakni selalu merasa kurang.
Sehingga saat diberikan kesempatan untuk memiliki momongan, lantas ia memberikan nama tersebut untuk anaknya. Dengan harapan ia akan senantiasa menjadi orang yang selalu bersyukur. Ia akan selalu menjaga dan membesarkan Al dengan kasih sayang. (cr1/pra)