RADAR JOGJA – Minimnya pengetahuan tentang arus bawah ombak membuat korban laka laut khususnya wisatawan terus bermunculan. Meski terkadang tidak menimbulkan hilangnya nyawa, namun tetap menjadi perhatian. Terlebih awal mula kecelakaan laut berawal dari acuh atas peringatan lisan dan tulisan di kawasan pesisir pantai DIJ.

Koordinator SAR Satlinmas Wilayah III Parangtritis Muhammad Arif Nugraha mengakui jika tingkat kepedulian wisatawan masih rendah. Kerap mengutamakan kesenangan tanpa memperhitungkan faktor keselamatan. Alhasil saat mandi di laut tidak sadar berada di titik arus bawah ombak.

“Arus bawah ombak ini biasanya tenang sehingga wisatawan senang mandi disana. Tapi meski permukaannya tenang, arus bawahnya justru sangat kencang, bahkan bisa menarik objek diatasnya ke tengah lautan,” jelasnya, Senin (10/2).

Aris menjelaskan arus tenang adalah penanda keberadaan palung di kawasan itu. Berdasarkan data terbaru, setidaknya ada 10 titik arus bawah ombak di sepanjang pantai Bantul. Munculnya arus ini bisa bertahan dalam beberapa bulan kedepan.

Munculnya arus tenang berawal dari pertemuan dua arus arah menuju daratan. Setelah sampai ke darat, dua ombak membentuk satu arus bawah ombak ke arah laut. Secara kasat mata, arus ini terlihat sangat tenang dan seakan aman.
Di sinilah wisatawan kerap terlena akan tenangnya ombak. Tanpa mempedulikan keselamatan, memilih untuk mandi di lokasi ini. Tanpa disadari ombah bawah menarik tubuh menuju ke tengah lautan.

“Ombak ini juga membuat lelah, karena arusnya berlawanan dengan arah renang menuju daratan. Jika terseret, jangan berenang lurus tapi menyamping agar bisa melawan arus dan sampai ke bibir pantai,” ujarnya.

Sebagai langkah antisipasi tim SAR Bantul telah memasang sejumlah rambu. Timnya juga menyiagakan personel di sejumlah titim rawan tenggelam dan bersiaga penuh di titik yang terdapat arus bawah ombak.

Jika tetap ingin mandi di laut, dia justru menyarankan di ombak tinggi. Titik ini justru memiliki tingkat kerawanan yang rendah. Ini karena arus laut mendorong ke arah daratan. Sehingga kecil kemungkinan wisatawan tertarik ke arah lautan.

“Setidaknya lebih aman dibandingkan arus tenang. Kalau ingin mandi kami sarankan di ombak besar. Meski begitu tetap waspada agar tidak mandi hingga ke arah lautan,” katanya.

Sikap cuek wisawatan terbukti dengan adanya kecelakaan laut, Sabtu malam (8/2). Dua orang pemuda asal Pekanbaru terseret ombak Pantai Parangtritis. Awalnya korban tidak mengindahkan peringatan mandi di laut.

“Setiap titik yang ada Palung sudah kami beri penanda bendera berwarna merah. Tapi terkadang ada pengunjung yang ngeyel tetap mandi. Kalau ketahuan patroli biasanya langsung ditegur dan diminta untuk naik,” katanya.(dwi/tif)