RADAR JOGJA – Ahmad Suyoko membuktikan bahwa tak ada batasan dalam menimba ilmu. Anak pasangan petani ini berhasil gelar cumlaude dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta. Menjadi lulusan tercepat dengan IPK 3,78.

Perjalanan pria berusia 23 tahun ini memang tidaklah mudah. Lahir dari pasangan petani, Ahmad harus berjibaku dengan sangat keras. Diawali dari kondisi perekonomian yang pas-pasan. Namun anak ketiga dari lima bersaudara ini tak ingin menyerah begitu saja.

“Kedua orang tua saya selalu berpesan agar total dalam menempuh pendidikan. Jangan setengah-setengah, pokoknya harus dapat kualitas pendidikan yang bagus. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk merantau ke Jogjakarta,” jelas anak dari pasangan almarhum Tayeb dan Nurlaila ini, Rabu (19/2).

Sosok almarhum ayah Ahmad merupakan petani tradisional. Sementara ibunya berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Keduanya tak ragu untuk memberikan suntikan motivasi kepada anaknya. Termasuk mewujudkan impian pendidikan di bangku pendidikan perguruan tinggi.

Ahmad memiliki kalimat motivasi dari ayahnya yang dia pegang hingga saat ini tentang entang pentingnya pendidikan. 

Tidak hanya demi sebuah gelar tapi untuk mengubah hidup. Ayah Ahmad meyakini pengetahuan memberi dampak besar pada kehidupan seseorang.

“Almarhum ayah selalu berpesan agar serius dalam menempuh pendidikan. Dapat mengubah kondisi seseorang. Termasuk untuk aspek ekonomi hingga sosial,” kata alumnus SMAN 1 Sumbawa Besar NTB ini.

Komitmen Ahmad terbukti semenjak dia duduk di bangku Sekolah Dasar. Beragam prestasi telah dia raih saat berada di jenjang pendidikan tersebut. Salah satunya yang menonjol adalah finalis olimpiade sains nasional (OSN) IPA tingkat nasional.

Prestasi ini berlanjut saat dia naik ke tingkat SMP. Ahmad kembali menjadi finalis OSN Biologi tingkat Kabupaten. Tak terhenti sampai disini, prestasi terus dia cetak. Terakhir adalah finalis OSN Biologi tingkat Nasional.

Berawal dari sini, dewi Fortuna mulai menyapa Ahmad. Dia berhasil mendapatkan beasiswa dari perusahaan daerah di tanah kelahirannya, Sumbawa, NTB. Ahmad menjadi orang pertama dari kampungnya yang berhasil kuliah di UGM.

“Akhirnya memilih untuk kuliah di Fakultas Biologi. Saat kuliah juga berhasil dapat medali emas dari Olimpiade Sains Mahasiswa bidang Biologi 2019 kemarin. Juga dapat medali perak Olimpiade Nasional MIPA Perguruan Tinggi bidang biologi 2019,” katanya.

Kesuksesan Ahmad menyusul prestasi kedua kakanya. Berkat gemblengan dari kedua orang tua, kakak-kakanya berhasil merampungkan pendidikan di UPI dan IPB. Sementara sang adik saat ini tengah menjalani studi di Universitas Brawijaya. Sedangkan adik bungsunya tengah menyiapkan diri untuk masuk perguruan tinggi tahun ini.

Nurlaila terlihat bangga melihat prestasi anaknya ini. Tak sekadar kata-kata, perempuan berusia 58 tahun ini sampai datang ke Jogjakarta. Tujuannya untuk melihat anaknya bersampur toga dan selempang cumlaude.

“Sempat merasa tidak yakin, apalagi kondisi ekonomi kami serba terbatas. Namun suami selalu yakin bisa. Salah satunya dengan melalui jalur beasiswa. Sangat bangga bisa selesai dan meraih gelar terbaik (cumlaude),” katanya setengah terisak. (dwi/tif