RADAR JOGJA – Penataan pedestrian Sudirman tahap dua diubah perencanaanya. Konsep penataan akan dimulai dari kawasan Tugu Jogja ke timur. Sebelumnya dari sisi timur Jembatan Gondolayu ke Tugu.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kota Jogja Hari Setya Wacana mengatakan, momentun HUT Kota Jogja pada Oktober mendatang menjadi salah satu alasannya.
Tugu selalu dijadikan sebagai pusat lokasi acara perayaan HUT Kota Jogja. Agar mengantisipasi waktu dan pengerjaan yang optimal. “Nek dipaksakan dari timur nguyak Oktober harus selesai. Ndak bagian Tugunya malah buru-buru, ya kami balik,” kata Hari, Rabu (26/2).
Hari menjelaskan waktu pelaksanaan pengerjaan fisik direncanakan enam bulan dan bulan Oktober ditargetkan selesai. “Sudirman sudah saya tanda tangan lelang pengawas. Tinggal naik ke BLP untuk konsultan pengawasnya,” ujar mantan Kepala Dinas Pertanahan dan Tata Ruang Kota Jogja itu.
Di kawasan Tugu selain ducting kabel-kabel udara, ada beberapa pedestrian yang juga disesuaikan pun sudut utara bagian Tugu Golong Gilig. Selebihnya sisi selatan Jalan Sudirman trotoar akan diperlebar. “Yang utara (trotoar) disesuaikan, tidak diperlebar,” tambahnya.
Sementara, Kepala Bidang Bina Marga DPUPKP Kota Jogja, Umi Akhsanti menjelaskan teknis pedestrian mendekati pusat Tugu konsepnya agak berbeda yaitu sumbu filosofi. “Konsepnya (pedestrian), filososfi street. Terutama jenis tanaman dan bentuk potnya,” katanya
Umi menuturkan bagian Tugu konsep tanaman dan pot mendekati sumbu filosofi kota Jogja. Berbeda dengan Sudirman masih bebas berkonsep garden city tanpa menuju ke sumbu filosofi. “Nanti yang di Tugu sumbu filosofi ini mendekati seperti di Malioboro dan (Jalan) Mangkubumi,” ujarnya.
Sedangkan, konsep dari Tugu ke timur sampai Jembatan Gondolayu tidak jauh berbeda yaitu akan dibuat smooth seperti pedestrian Sudirman.
Selain itu, penataan pedestrian dengan pagu anggaran Rp 26.5 miliar ini juga berlaku dari Tugu berjarak 100 meter ke barat, utara, dan selatan. Namun, untuk pembebasan kabel PLN yang ducting berpindah ke tiang baru bisa terealisasi radius 50 meter. Sebab, ini berkaitan dengan pelanggan dan kesiapan distribusi listriknya. “Kita masih diskusi dengan PLN, kalau ductingnya bisa. Jadi yang 50 meter ini sudah fix bisa (bebas dari kabel PLN), yang jarak 100 meter kabel-kabelnya masih diskusi lagi,” jelasnya sembari menyebut proses lelang awal Maret sambil diskusi dengan PLN untuk memastikan distribusi listrik ke pelanggan.
Umi juga menerangkan, nantinya di Kafe Kebon Dalem akan ada penanda tulisan Jogja menggunakan huruf Jawa. Dan bahan material untuk trotoar masih tetap sama dengan lantai teraso. Sedangkan untuk bolart beberapa disamakan dengan Sudirman, tetapi peralihan ke malioboro disesuaikan dengan desain malioboro. “Karena di sana disesuaikan dengan yang sumbu filosofi,” tuturnya selain menyebut juga ada beberapa fasilitas pendukung kursi, tiang lampu, dan lain-lain. (wia/pra)