RADAR JOGJA – Kebijakan penanganan awal Covid-19 di rumah sakit wilayah Sleman telah melalui kajian. Pertimbangan utama adanya fasilitas ruang isolasi. Terutama di sejumlah rumah sakit tipe C dan B. Sehingga pasien tak harus langsung rujuk ke RSUP Sardjito maupun RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman Joko Hastaryo menuturkan setidaknya puluhan ruang isolasi milik rumah sakit di Sleman. Terdiri dari empatbelas ruang isolasi untuk rumah sakit tipe B. Terdiri dari 6 ruang isolasi di RSUD Sleman, 4 ruang di JIH dan 4 ruang isolasi RSA UGM.
“Masih ditambah ruang isolasi milik rumah sakit tipe C. Mulai dari RSU Hermina, PKU Gamping, Panti Rini Kalasan, RS PDHI Kalasan dan RSUD Prambanan. Masing-masing minimal ada satu ruang isolasi,” jelasnya ditemui di Kantor Bupati Sleman, Rabu (4/3).
Mantan Direktur RSUD Sleman ini menjamin tak ada penolakan. Pernyataan ini guna menjawab keraguan masyarakat. Terlebih kasus rujukan pernah terjadi saat pemeriksaan suspect Covid-19. Beberapa waktu lalu JIH sempat mengirim satu pasien rujukan ke RSUP Sardjito.
Imbauan ini tak hanya berlaku tingkat kabupaten. Kebijakan turun langsung dari Dinkes DIJ. Sesuai dengan Instruksi Gubernur DIJ terkait penanganan Covid-19, bahwa seluruh bentuk penanganan awal menjadi wewenang rumah sakit di wilayah.
“Artinya dari daerah bisa penanganan dengan analisa awal. Kalau untuk fasilitas sudah memadai karena sudah ada ruang isolasi. Sama seperti milik Sardjito, sudah airborne disease. Berupa ruangan dengan tekanan negatif. Tangani dulu sebelum jadi Covid betulan,” katanya.
Fokus penanganan awal berupa sikap suportif. Langkah ini mengutamakan pada gejala kritis yang timbul. Sementara untuk sumber diakui olehnya belum bisa tersentuh. Ini karena belum adanya obat penyembuh Covid-19.
Indikasi yang digunakan adalah pengerasan jaringan paru-paru. Mayoritas penyebab kematian pasien Covid-19 adalah faktor ini. Sehingga jajarannya akan berupaya penanganan pada jaringan tersebut. Tujuannya agar fungsi dari organ paru kembali normal.
“Mayoritas yang meninggal itu orang tua karena kondisi fisik turun sehingga fungsi paru-paru tak optimal. Idealnya kondisi paru-paru itu kenyal tapi ini jadi keras sehingga tidak bisa memompa udara. Jadi penanganan awalnya di gagal nafas,” ujarya.
Joko sedikit membeberkan sifat dari Covid-19. Berdasakan kajian sifat virus ini sama dengan virus lain. Bahkan intensitas bahaya jauh di bawah dua saudaranya. Untuk vatalitas, virus corona dalam MERS dan SARS justru lebih tinggi.
“Sebetulnya orang yang terinfeksi Covid-19 bisa sembuh dengan sendirinya. Tapi memang sangat tergantung dari daya tahan tubuh masing-masing. Disatu sisi juga penanganan yang cepat. Sehingga bisa menekan angka vatalitasnya,” katanya. (dwi/tif)