RADAR JOGJA – Ahmad Supendi, 40, terpaksa membuang jala miliknya ke laut. Dia mengaku tak kuat mengangkat jala yang penuh sampah.
“Menjaring sampah sampai setengah ton,” ujarnya ditemui di Pantai Depok kemarin (8/3).
Menumpuknya sampah di laut diakibatkan oleh banjir yang menerjang Kali Opak. Banjir tersebut membawa material sampah berupa plastik, kayu, dan bambu. “Kalau jala mampu diangkat kepermukaan, kami bersihkan dengan membuka jala di atas laut,” ujarnya.
Nelayan lainnya, Erifanto, 27, juga membersihkan jalanya secara manual di laut. Supaya kapal tidak terlalu berat membawa muatan ke bibir pantai. “Karena banjir, ikan jadi berkurang. Tangkapan jala ruangnya terisi sampah,” ketusnya.
Akibat banjir, tangkapan ikan nelayan menjadi tidak menentu. Sebelumnya, Erif bisa mendapatkan banyak ikan. Tapi kini, jala yang ditebar terkadang hanya berisi sampah dengan jumlah ikan tertangkap hanya berkisar lima ekor. “Material sampahnya sama dengan ada di tepi pantai,” katanya.
Akibat banjir menerjang Sungai Opak, air laut di Pantai Depok berwarna kecoklatan. Erif mejelaskan air tersebut merukapan campuran dari air banjir. “Kondisinya sampai tengah laut,” jelasnya.
Sementara itu Mujianto, 39, mengaku cukup beruntung mesinnya tidak macet. Mesin perahunya sempat rusak pada Jumat (6/3) akibat banjir yang menerjang Bantul. Baling-baling mesinnya menghantam sampah. “Terbalut sampah juga bisa menyebabkan macet,” ujarnya.
Sedangkan Ketua Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pantai Depok Tarmanto mengatakan banjir bukanlah kendala utama nelayan. Kendala utamanya adalah ombak besar. Meskipun banjir, ombak di Pantai Depok tidak besar. “Jadi nelayan tetap bisa melaut,” kata dia.
Namun Tarmanto mengakui, banyaknya material sampah akibat banjir membuat nelayan sulit menjaring ikan. Selai itu merusak alat tangkap. “Tapi harga ikan stabil,” sebutnya. (cr2/amd)