RADAR JOGJA – Gunungkidul menjadi salah satu kabupaten/kota yang memiliki jumlah kasus Demam Berdarah Dangue (DBD) terbanyak di Provinsi DIJ. Dalam rentang Januari-Maret 2020, tercatat 354 warga terkena gigitan nyamuk Aedes Aegypti, tiga di antaranya meninggal dunia.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul Dewi Irawati mengatakan, peningkatan kasus terlihat dari perbandingan triwulan pertama 2019. Tahun lalu di tiga bulan awal, jumlah kasus baru sebanyak 192 warga positif DBD. “Hingga hari ini (kemarin, Red) sudah tercatat 354 warga terkena DBD, dengan jumlah korban meninggal tiga orang,” kata Dewi Irawati, Senin (9/3).
Dia mengakui, serangan DBD tahun ini meningkat pesat. Hal itu terlihat dari jumlah laporan kasus yang berasal dari berbagai rumah sakit dan puskesmas. Tahun lalu warga meninggal dunia karena DBD satu kasus, sedangkan di triwulan pertama 2020 tiga kasus.
Meski ada peningkatan kasus, pihaknya belum berniat meningkatkan status terkait dengan penyebaran DBD. Salah satu dasar dikarenakan ancaman masih bisa dikendalikan. Sebagai upaya pencegahan, program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan koordinasi lintas sektoral dari tingkat kabupaten hingga desa diperkuat.
“Pencegahan DBD bisa dilakukan dengan beberapa cara seperti fogging hingga PSN dengan program 3M (mengubur, menguras dan menutup) tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk,” ujarnya.
Disinggung mengenai fogging, menurutnya, hanya bersifat sementara karena pembasmian tidak menyeluruh karena dikhususkan membunuh nyamuk dewasa. Sedangkan benih nyamuk berbentuk jentikk atau telur tidak mempan dengan penyemprotan.
“Fogging hanya menyasar nyamuk dewasa. Dengan demikian PSN paling efektif sebagai upaya pencegahan. Jika tidak, telur atau jentik dalam lima hari akan menjadi nyamuk sehingga bisa menularkan DBD, meski sudah dilakukan fogging,” ungkapnya.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Gunungkidul Heri Nugroho mengatakan, kemarin pagi di kampungnya juga dilakukan fogging. Berdasarkan informasi, di Ledoksari, Kepek, sudah ada warga terkena DBD. Menurutnya, sejauh ini sudah dua kali dilakukan fogging.
“Jadi ini persoalan lingkungan dan harus menjadi tanggung jawab bersama. Upaya pencegahan harus digalakkan agar ancaman DBD bisa ditekan,” kata Heri. (gun/laz)