RADAR JOGJA – Kawasan Klitren tepatnya aliran Kali Belik sudah identik dengan banjir. Kepala Pelaksana BPBD Kota Jogja Hari Wahyudi menuturkan ada berbagai penyebab untuk banjir kali ini.

Hasil investigasi menyebutkan talud sisi utara rusak dan jebol. Sayangnya kondisi ini tak terpantau oleh warga maupun penggawa kebencanaan. Alhasil debit air sungai yang naik ditambah hujan lebat tak terbendung. Hingga akhirnya kawasan perkampungan sekitar terendam air selama beberapa jam.

“Klitren khususnya di Kali Belik memang rutin tahunan banjir. Akibat dari menyempitnya lebar sungai, karena rumah semakin masuk ke sungai dan mepet talud. Bahkan tembok rumah itu sudah seperti talud sungai,” jelasnya dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (11/3).

Upaya antisipasi terhadap banjir tahunan telah berlangsung. Berupa program kota tanpa kumuh (Kotaku) dengan penguatan mundur, munggah, madep kali (M3K). Penerapan ini juga berlaku baku di sepanjang aliran Kali Belik.

Hari telah berkoordinasi dengan pihak Dinas PUPKP Kota Jogja Agar program berjalan maksimal. Pihaknya terus melakukan dukungan dengan sosialiasi. Termasuk melibatkan relawan dalam memberikan edukasi.

“Programnya sudah berjalan tapi belum 100 persen dipatuhi. Kalau yang patuh tidak terdampak (banjir). Tapi yang belum patuh M3K masih kena (banjir). Informasinya rumah yang belum mundur antara belasan sampai 20an rumah,” ujarnya.

Tingginya curah hujan turut meningkatkan debit air sejumlah sungai. Hanya saja seluruhnya masih dalam aliran sungai. Meliputi Sungai Code, Sungai Gajah Wong dan Sungai Winongo. Walau ada peningkatan namun tidak sampai pemukiman warga.

“Debit meningkat tapi masih di aliran sungai. Kalau yang kasus Kali Belik itu meningkat tapi sampai ke perumahan warga. Ya karena taludnya jebol dan tak terpantau ditambah debit hujan tinggi,” katanya.

Usai banjir, warga kompak melakukan pembersihan di kawasan Kali Belik. Kondisi terparah terpantau di kawasan RT 02, RT 03 dan RT 04/RW 01 Kelurahan Klitren Gondokusuman. Warga juga sempat mengevakuasi harta benda ke tempat yang aman.

Kapolsek Gondokusuman Kompol Bonifasius Slamet menuturkan peningkatan debit sungai berlangsung cepat. Awalnya hujan intensitas tinggi berlangsung sejak 14.00. Sekitar 30 menit kemudian debit air Kali Belik meningkat drastis.

Imbas dari derasnya arus sungai membuat tanggul sepanjang delapan meter ambrol. Tak membutuhkan waktu lama. Air dari Kali Belik langsung masuk ke wilayah pemukiman warga yang berada di sisi timur sungai.

“Kejadian awal sekitar jam 14.30 di sisi timur sungai. Jadi tanggulnya tepat diatas rumah warga. Berupa rumah kos-kosan milik ibu Dewi,” ujarnya.

Boni mencatat ada sekitar 100 rumah terdampak dari banjir ini. Seluruhnya terendam air setinggi satu meter. Walau begitu Boni memastikan tidak ada korban jiwa. Hanya saja ada kerugian material akibat dari peristiwa ini.

Jajarannya bersama TNI, warga dan relawan melakukan pembersihan. Air mulai surut sekitar pukul 17.00. Pembersihan masih berlangsung hingga menjelang malam hari. Berupa penyedotan air yang masuk keluar rumah warga. Adapula pembersihan puing dan kotoran yang terbawa banjir.

“Tidak ada korban jiwa tapi ada kerugian material. Berupa peralatan tidur, peralatan sekolah dan kuliah hingga peralatan rumah tangga. Ada beberapa motor yang sempat terseret arus air. Lalu beberap mobil juga terendam genangan air,” katanya. (dwi/tif)