RADAR JOGJA – Pelaksana Harian (PlH) Direktur Utama RSUP Sardjito Rukmono Siswishanto menuturkan pasien nomor 2 positif Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) meninggal akibat penyakitnya. Selain terjangkit virus korona juga memiliki riwayat penyakit lainnya atau komorbid. Hanya saja pihaknya enggan menjabarkan lebih lengkap terkait rekam medis ini.

Guru besar farmakologi UGM ini meninggal dunia Selasa dini hari (24/3) tepatnya pukul 00.40. Sebelumnya sempat dirawat di ruang isolasi RSUP Sardjito sejak Rabu (18/3). Teridentifikasi suspect Covid-19 sejak Minggu malam (15/3).

“Beliau meninggal saat menjalani perawatan positif Covid-19. Selain positif korona juga ada penyakit penyertanya. Dugaan memang meninggal karena penyakitnya (komorbid),” jelasnya melalui sambungan telepon, Selasa (24/3).

Terkait tracing atau pelacakan riwayat interaksi masih berjalan. Metode ini berdasarkan lokasi transit hingga interaksi sosial. Hasil sementara beberapa keluarga terdekat dinyatakan negatif Covid-19.
Pria yang juga menjabat Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Sardjito ini memastikan telah ada indentifikasi. Selain itu juga ada kesadaran untuk memeriksakan diri ke rumah sakit terdekat. Terutama individu yang sempat melakukan interaksi sosial dengan pasien nomor 2 dalam 14 hari ke belakang.

“Sebagian sudah diketahui hasilnya. Seperti Prof. Uut (Adi Utarini) selaku istri dari almarhum itu negatif hasil pemeriksaannya. Keluarga juga sudah diperiksa. Jadi hal ini tidak perlu menimbulkan kekhawatiran yg berlebihan,” pesannya.

Walau begitu prosesi pemakaman berbeda seperti ritual penghormatan pada umumnya. Jenazah, lanjutnya, tidak diberangkatkan ke Balairung UGM. Termasuk tidak singgah ke kediaman keluarga pasien. Namun langsung menuju pemakaman UGM Sawit Sari.

“Tadi jam 08.00 langsung dari RSUP Sardjito menuju pemakaman UGM di Sawit Sari. Tidak melewati Balairung (UGM) seperti biasanya,” katanya.
Kabag Hukum dan Humas RSUP Sardjito Banu Hermawan memastikan pemakaman pasien nomor 2 ini menerapkan protokol tertinggi. Mulai dari peti mati hingga memasukan ke dalam liang lahat. Jenazah juga dilapisi plastik di seluruh tubuhnya.

Untuk peti mati, menggunakan peti kedap udara. Kondisi peti dipastikan tertutup sejak dari RSUP Sardjito hingga pemakaman. Jenasah, lanjutnya, tetap didiamkan di dalam peti dalam kondisi tertutup.

“Pemakaman menggunakan protokol tertinggi. Diplastik pakai peti yang kedap di bungkus plastik juga. Walau meninggal akibat komorbid tapi status sudah Pasie positif Covid-19. Sehingga protokol tertinggi otomatis berlaku,” jelasnya.

Seluruh proses pemakaman dilakukan oleh tim medis Covid-19. Seluruh tim medis mengenakan pakaian alat pelindung diri (APD) standar penanganan Covid-19. Warga maupun keluarga tidak diperkenankan mendekati lokasi pemakaman.

“Setelah dimakamkan baru boleh mendekat. Tidak apa-apa karena peti tidak dibuka dan kondisi kedap. Jenazah juga diselimuti plastik,” katanya. (dwi/tif)